Bulan ini, bulan yang penuh kejutan. Berbagai peristiwa banyak saya alami mulai dari yang lucu sampai yang menyedihkan. Padahal di bulan ini sejatinya kita harus bahagia karena bulan ini bertepatan dengan bulan puasa. Tapi ternyata semua sudah berlalu dan esok kita akan menyambut lebaran tanda berakhirnya perjuangan kita selama puasa kali ini. Walaupun masih banyak perjuangan lain yang harus kita hadapi lagi.


Ngomongin Takjil


Makanan yang biasanya hadir di bulan puasa ini memang bisa menggugah selera apalagi kita yang sedang menjalankan ibadah puasa. Tapi tidak hanya untuk kita yang sedang menjalankan ibadah puasa saja, melainkan orang-orang di luar puasa juga ikut senang saat berburu takjil.


Baca juga: Untuk Pertama Kalinya Benci Dingin


Ada sedikit cerita tentang takjil. Saat masih awal puasa, saya pergi ke pasar untuk membeli barang. Saya melewati pasar dan tiba-tiba macet dan terpaksa harus antri. Posisi saya sedang menggunakan motor di jalan raya. Saya kira ada apa ternyata sedang pembagian takjil gratis yang dibagikan di depan kantor camat. Di lain kesempatan saat saya pulang dari kerja, saya dari jauh sudah melihat orang sedang membagikan takjil. Tapi saat saya sudah mendekat ternyata sudah habis dan habisnya itu pas di saya.


Saya jadi berpikir tentang dua kejadian di atas. Sesuatu yang tidak kita kejar terkadang akan datang dengan sendirinya tapi sesuatu yang terlalu kita kejar maka sesuatu tersebut malah makin menjauh dari kita. Ini entah benar atau tidak saya juga tidak bisa memastikannya.


Pekerjaan


Bekerja di bulan puasa memang ada tantangan tersendiri. Selain cuaca yang panas yang menyebabkan kita menjadi lemah, kita juga dihadapkan dengan teman yang tidak berpuasa. Yaa ga ada salahnya juga, toh kita juga ga bisa maksa mereka untuk berpuasa. Tapi melihat orang-orang minum es membuat pikiran kemana-mana wkwk. Padahal kalau udah niat jangankan es satu gelas, satu gentong aja juga ga bakalan ngaruh. Tapi ga bisa bohong yang namanya puasa pasti haus.


Masa Depan


Di sela-sela kegiatan bekerja, saya biasanya ngobrol dengan teman saya. Random aja sebenarnya kadang ga jelas juga yang dibahas yang penting untuk menghilangkan stres aja. Tapi ada saatnya serius tentang obrolan masa depan. Khawatir tentang masa depan yang ga pasti membuat kita kadang berpikiran buntu padahal ga boleh ya sebenarnya berpikiran seperti itu.


Pernah ngobrol ngomongin nikah. Yaa laki-laki mana yang ga mau nikah? (mungkin ada juga ya yang ga mau nikah) Ada yang berpikiran harus segera menikah karena memang sudah waktunya mau kapan lagi kalau bukan sekarang, ada yang bilang menikah sebelum umur 30 tahun, ada lagi yang bilang kalau menikah harus udah punya segalanya dulu baru menikah. Semua punya alasan untuk menikah bagi mereka yang ingin menikah.


Teman saya mematahkan semua pendapat di atas. Dia bilang "emang nyampe nikah?" Kalimat ini mungkin singkat namun bermakna dalam. Saat kita bingung dan sibuk memikirkan pernikahan, kita malah lupa tentang kematian kita yang sudah pasti. Nikah itu hal yang belum pasti dan masa depan yang pasti hanyalah kematian. Agak kaget juga awal dengar tapi kalau dipikir-pikir betul juga.


Bukan jadi alasan buat kita untuk tidak menikah tapi alangkah baiknya kita juga ingat diri kita sudah menginjak dewasa dan mesti banyak yang harus diperbaiki apalagi tentang akhirat. Mungkin itu maksud dari ucapan teman saya.


Ya bulan ini ga cuma kegembiraan yang saya dapat, kesedihan juga saya rasakan. Tapi kembali lagi kepada tulisan sebelum-sebelumnya mengenai kesedihan. Hidup memang harus ada kesedihan atau bisa dikatakan harus ada yang hancur supaya hidup kita ada warnanya.


Kalau kita tidak bisa memberi warna untuk hidup kita, mungkin kita masih bisa memberi warna di kehidupan orang lain.


Catatan:

Seingat saya tulisan ini saya tulis pada malam takbir dan ga sempat untuk posting karena kecapean. Dan akhirnya baru bisa posting sekarang saat lebaran.



Dingin adalah kesukaan saya dari dulu apalagi kalau udah nyangkut masalah makanan ataupun minuman, pasti dingin yang dicari.


Baca juga:

Tapi akhir-akhir ini untuk pertama kalinya saya benci dengan dingin. Entah kenapa saya tiba-tiba tidak ingin merasakan dingin seperti dulu. Minum yang dingin saja rasanya udah ga kuat kayak dulu lagi padahal baru sedikit minum langsung menggigil. Bangun tidur biasanya nyaman ini malah rasanya kedinginan apalagi di bagian kaki, ga kayak biasanya jadi kayak ada yang beda padahal dingin kesukaan saya.


Bagaimana dengan panas?


Benci dingin bukan berarti saya jadi suka dengan panas. Saya tetap tidak suka panas dari dulu. Saya berpikir bahwa kebencian saya terhadap dingin adalah bersifat sementara dan mungkin suatu saat saya bisa kembali lagi menerima dingin di kehidupan saya. Berbeda dengan panas yang mungkin saya tidak suka sedari awal. Tapi bukan berarti saya tidak membutuhkan panas dalam kehidupan saya.


Kalau hujan?


Walaupun hujan mengakibatkan hawa di sekitar kita menjadi dingin, saya tidak keberatan hujan datang di kehidupan saya. Sadar bahwa hujan akan selalu membawa kesedihan pada manusia dan nyatanya kita juga butuh kesedihan itu.


Saya percaya bahwa apabila turun hujan di suatu tempat maka tempat itu sedang ada yang bersedih. Entah itu karna asmara, keluarga, pekerjaan ataupun masalah lain yang bisa membuat orang tersebut sedih.


Apabila hujan yang turun itu gerimis maka kesedihannya tidak perlu dikhawatirkan. Semakin hujannya deras maka kesedihannya semakin dalam dan pasti butuh perhatian lebih dibandingkan dengan hujan yang turunnya rintik-rintik. Tapi kalau di tempat itu hujannya sampai mengakibatkan banjir, kayaknya udah susah ditolong kesedihannya. Entah itu terlalu banyak yang bersedih atau hanya ada satu orang yang bersedih namun tangisnya sangat hebat sampai mengakibatkan banjir.


Ini semua hanya kepercayaan saya terhadap hujan karena saya sebelumnya juga banyak menulis tentang hujan.


Baca juga: Hujan

Membenci dingin bukan berarti harus benci dengan hujan dan bukan berarti pula harus suka dengan panas.


Kesedihan diperlukan dalam kehidupan. Kita tidak tau apa itu bahagia tanpa kesedihan. Hujan harus datang membawa kesedihan dalam hidup kita tapi ingat setelah hujan itu reda ada pelangi yang datang menyambut kita. Kesannya kayak


"Kamu kemana aja baru nongol?"


Yahh akhirnya pelangi yang bisa membuat kita tersenyum kembali dan tugas hujan telah selesai. Semoga segera diberi kesembuhan, percayalah pelangi akan datang.



Kebiasaan memikirkan sesuatu yang berlebihan membuat kita malah semakin malas untuk melanjutkan hidup, apalagi kalau sudah berbicara tentang fakta.


Ga cuma itu, overthinking selalu membuat kita merasa ga berguna dan malah menyalahkan diri sendiri padahal ga semua informasi yang kita dapat harus kita telan begitu saja.


25 Desember 2023


Iya, tulisan di atas terakhir ditulis tanggal 25 Desember tahun lalu. Dan kita bisa sambung lagi menjadi tulisan yang utuh pada malam hari ini.


Kenapa malam? Ya, malam memang waktu yang tepat untuk memikirkan hal yang seharusnya tidak perlu kita pikirkan terlalu jauh. Hal ini biasa disebut dengan overthinking. Dari pagi sampai sore biasa kita habiskan aktivitas kita dengan bekerja, belajar, mencari loker, membantu orang tua, menjalankan usaha ataupun yang lainnya sehingga ga ada waktu lagi buat berpikiran yang ga jelas. Tapi saat malam hari (kecuali lembur) kita memiliki waktu untuk sekedar merenung memikirkan masa depan yang belum pasti. Sebenarnya ga cuma masa depan, bisa hal-hal lain yang membuat kita berpikiran terlalu jauh dan berlebihan.


Kadang menyakitkan ya kalau kita sudah berada di jam overthinking. Semua yang kita lihat kayaknya bisa bertentangan dengan keinginan kita. Padahal semua itu belum tentu sama dengan apa yang kita lihat saat kita berada di waktu pagi ataupun sore hari. Atau mungkin pikiran kita pada malam hari ada benarnya juga tapi hal tersebut ga begitu parah saat berada di waktu pagi ataupun sore hari.


Padahal sejatinya pikiran kita sendiri yang malah bisa menghancurkan diri kita (nulis bisa tapi melakukan susah juga). Ga cuma kalian yang merasakan seperti ini, saya juga pernah di posisi ini dan mungkin sudah terjadwal saat matahari sudah mulai terbenam. Walaupun ada serunya juga kalau ada yang hancur sedikit dalam hidup kita. Kalaupun mulus terus jalan hidup kita kayaknya malah makin curiga ada hal besar yang malah lebih mudah menghancurkan diri kita.


12 Januari 2024


*Niat hati ingin menulis, tapi karena banyak masalah yang tiba-tiba datang menjadikan pikiran buntu dan ga bisa nulis.


4 Februari 2024


Akhirnya tulisan ini berlanjut hari ini di bulan ke dua.


Ngomongin overthinking memang ga ada habisnya. Udah ada niatan pengen berhenti mikir yang aneh-aneh, tapi pas scroll IG, ada aja yang bisa buat kita balik overthinking lagi. Arghh, memang agak nyebelin ya kalau dipikir-pikir. Padahal sesuatu tersebut belum tentu sama dengan apa yang kita pikirkan tapi seolah-olah kita sudah tahu bahwa hal yang kita pikirkan pasti akan terjadi.



Ada banyak yang membuat kita overthinking. Soal keluarga misalnya, mempunyai keluarga harmonis mungkin cita-cita semua orang. Antara orang tua dan anak bisa akur dan saling tukar pendapat tapi kenyataanya banyak orang malah iri melihat keluarga yang harmonis dikarenakan keluarganya sendiri yang tidak sesuai dengan harapan. Banyak masalah, susah diatur, bahkan menjadi beban antara satu dengan yang lainnya.


Ada lagi tentang masa depan. Yang dari kecil banyak memiliki cita-cita, tapi sekarang malah kehilangan arah dan pasrah dengan keadaan. Melihat orang lain yang sukses di usia muda membuat sebagian orang iri dan bisa-bisa dengki karena tidak bisa sama derajatnya dengan yang seusianya. Berpikir bahwa takut kedepannya tidak bisa menjadi apa-apa, padahal sekarang kita juga udah di fase ga jadi apa-apa kan? (Hehe jadi nambah overthinkingnya lagi ni).


Masalah pasangan. Buat kalian yang mempunyai pasangan pasti ada aja yang buat overthinking, mulai dari sikap dan sifatnya sehari-hari. Rasanya pengen marah aja ya padahal semua yang kita pikirkan ga ada yang bener dan malah cuma tuduhan tanpa bukti aja. Kesalahpahaman sepertinya sudah biasa terjadi pada pasangan yang terpenting kita bisa menjelaskan dengan baik untuk menenangkan pasangan kita (ngomong aja enak kayaknya ya tapi sekali dijalani kok berat juga). Tapi kalau dipikir-pikir lucu juga ya, seandainya yang kita pikirkan benar-benar terjadi.


Apa yang harus dilakukan saat terjadi overthinking?


Sebenarnya harus dihindari tapi susah banget ya. Ada orang yang bisa dengan sendirinya melupakan sesuatu dan mengalihkannya kepada kegiatan yang lain biar ga kepikiran. Tapi ada juga sebagian orang yang harus ditenangkan dulu biar ga makin kepikiran tentang masalah yang dia hadapi sekarang.


Tapi kalau kembali ke tulisan di atas tadi, ada serunya juga kita overthinking karena hidup itu harus ada yang hancur dikit biar ada yang berwarna, kalau mulus-mulus aja kayaknya bukan hidup namanya.


Yaa, ujung-ujungnya ga ada solusi juga kan buat yang lagi overthinking, karena saya juga lagi banyak pikiran juga aslinya wkwk. Diketawain aja siapa tau jadi nambah pusing kan wkwk.


Tulisan cuma sekedar tulisan dan ga ada tujuan yang pasti tulisan ini dibuat. Ga ada solusi ataupun cara karena sama sama bingung mau gimana lagi ya jawabannya jalanin aja. Pusing iya dan kalau pengen ga pusing ya kalau udah di surga nanti.


Udah malam, selamat overthinking lagi...


*tulisan selesai pada hari Senin, 5 Februari 2024



Setiap manusia mempunyai tujuan hidup yang berbeda. Dan setiap tujuan hidup tersebut pasti banyak melalui rintangan dan cobaan yang berbeda-beda pula setiap individu. Usaha yang berbeda dan hasil yang berbeda untuk tujuan yang berbeda-beda pula.


Baca juga : Sejatinya Kita Kesepian


Seringkali kita dihadapkan dengan orang-orang yang sudah memiliki jalur hidup yang lurus dan sedikit sekali belokannya ataupun tikungannya. Padahal aslinya sawang sinawang ya namanya juga hidup. Ada dua tipe manusia saat melihat saudaranya memiliki jalan hidup yang mulus. Ada yang ikut senang ada juga yang malah iri dengan kehidupan orang lain. Padahal kita sudah digariskan memiliki kebahagiaan masing-masing.


Di lingkungan pertemanan misalnya seseorang dalam hidupnya sudah bisa dikatakan sukses, tentu sebagai teman kita juga harus ikut merasa senang juga jangan malah merasa benci kepada teman kita yang sukses.


Di tulisan kali ini sebenarnya cuma mau ngomongin setiap orang memiliki tujuan hidup masing-masing.


Ada orang yang ambisi belajar terus supaya mendapatkan juara di kelasnya dan itu sudah merupakan pencapaian yang dia inginkan walaupun dia ada yang lemah dalam bidang tertentu misalnya non akademik. Ada juga yang tujuan hidupnya berhasil menaklukkan beberapa gunung yang ada di Indonesia. Menjadi guru, pilot, polisi, tentara, dokter, kepala proyek, petani, nelayan, pengusaha dan masih banyak lagi yang lainnya.


Mereka semua mengejar apa yang mereka inginkan tentu saja ada yang mereka korbankan. Seperti waktu, uang, hobi, keluarga, pasangan, teman, organisasi, pendidikan, pengalaman, tenaga dan yang lain-lainnya. Walaupun ga semua dikorbankan, mungkin salah satu ataupun salah dua diantara pilihan di atas. Yang menaklukkan gunung sudah pasti mengorbankan uang untuk membeli segala kebutuhan pendakian. Pendidikan seseorang yang rela meninggalkan kampung halamannya hanya untuk meraih cita-citanya selama ini. Membahagiakan keluarga tapi harus rela kehilangan pasangannya. Rela menahan malu dan gengsi untuk mewujudkan impian yang selama ini tertunda. Semua yang sudah menjadi tujuan mesti memiliki resiko yang harus siap kita tanggung kedepannya.


Melihat seseorang memiliki tujuan hidup yang jelas bisa membuat kita senang melihatnya.


Tapi saya yang menulis ini malah ga tau arah tujuan hidup saya mau dibawa kemana.



Sudah 1 tahun lebih saya berada di sini, tahun kemarin 7 bulan dan tahun ini 7 bulan juga. Rasanya sudah lama sekali ya meninggalkan kampung halaman. Apakah orang di rumah rindu atau mungkin biasa-biasa saja? Sebenarnya saya juga bingung kalau pun pulang saya harus apa di rumah tapi kalau lama-lama di sini juga apa yang ingin saya perbuat. Menjelang hari-hari akhir memang membosankan karena kita kebanyakan menunggu apalagi menunggu yang tidak pasti.


Kedatangan saya di sini yang kedua kalinya memang sudah direncanakan karena melanjutkan pekerjaan tahun lalu. Siap tidak siap memang harus bertemu dengan orang-orang lama yang sudah pernah kita tinggalkan sebelumnya. Tapi di kesempatan kali ini, saya juga banyak dipertemukan dengan orang-orang baru.


Tentu suasana tahun ini dan tahun sebelumnya berbeda. Semua ada baik dan buruknya, yang jelas banyak baiknya. Suasana tahun lalu cenderung lebih berisik dan seru dikarenakan ramai. Dibandingkan tahun ini yang ga seramai tahun kemarin, tapi suasananya tetap masih dapat walaupun dinikmati dengan cara yang berbeda. Dan yang pasti tahun ini sudah banyak kenal orang di sini jadinya ga perlu capek-capek lagi kenalan satu persatu.


Di tahun ini saya juga sempat berpikir bahwa waktu yang dihabiskan untuk tahun ini akan jauh lebih cepat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tapi nyatanya malah lebih lama. Mungkin karena banyak kendala yang menghambat pekerjaan sehingga menjadi lama.


Sekarang Khoir Lagi Apa?


Tulisan ini saya tulis hari Rabu, 27 Desember 2023. Hari sebelumnya saya sudah menulis judul tapi belum ada isinya (biasanya lagu itu belum ada judul, eh ini malah belum ada isi). Bingung sebenarnya mau nulis kayak gimana, padahal di dalam kepala ini banyak banget yang mau dituangkan ke dalam tulisan (walaupun tulisannya ga ada yang baca wkwk). Tapi coba-coba deh nulis sedikit eh ternyata lama-lama jadi juga tulisannya kan.


Lagi duduk dan menulis ditemani kipas angin yang sedari Maghrib tadi sudah nyala. Werr werrr, keliatan sepi banget ya hari-hari akhir tanpa adanya keramaian. Padahal kita butuh waktu untuk sendiri walaupun hanya sekedar istirahat ataupun nonton. Tapi kalau tiap hari bosan juga ya sampai mata jadi bengkak ni karena kebanyakan tidur dan main hp.


(Bentar-bentar, istirahat dulu nulisnya lanjut besok lagi kayaknya ya hehe)


Sabtu, 30 Desember 2023


Waduhh udah 3 hari lalu ya saya terakhir menulis. Tadi habis dari lembur (menjelang hari akhir masih nemu lembur). Tapi harus dikerjakan supaya bisa pulang ke rumah, walaupun ga bisa hari ini juga pulangnya.  Pekerjaan tinggal 1 lagi (harusnya) setelah itu baru bisa pulang. Ehh bentar kayaknya harus nunggu bentar lagi baru bisa pulang. Ga apa-apa selagi kita menjalaninya dengan damai pasti semua akan baik-baik saja.


Tahun Baru


Kayaknya tahun baru masih di sini. Ga masalah sebenarnya karena tahun sebelumnya saya juga tahun baru berada di sini (Sambas). Lagian di rumah juga ga ada tradisi ngerayain tahun baru jadinya ga ada yang perlu dikejar untuk pulang ke rumah.


Tapi belum lama ini saya mendapatkan undangan dari teman SD saya yang akan melangsungkan pernikahan. Selamat sebelumnya untuk teman saya yang udah lama banget bertemannya dari TK, SD, MTs dan MA. Ya memang ketemu terus dari dulu sampai lulus sekolah. Sekali lagi selamat dan semoga yang lain bisa cepat menyusul ya (yang nulis kapan?) Wkwk belum dulu ya nanti dulu masih banyak yang harus dipikirin kayaknya.



Minggu, 31 Desember 2023


Kembali lagi masih mau bahas tentang kepulangan saya. Maaf banget baru nongol lagi karena lagi ngumpulin mood buat nulis.


Hari kepulangan saya ke rumah semakin dekat. Rasanya memang tidak sabar untuk bertemu keluarga dan teman-teman. Masih banyak juga yang harus ditemui saat pulang nanti dan saya harus siap berpisah juga dengan orang-orang yang berada di sini. Tapi ga menutup kemungkinan kita akan bertemu lagi di kemudian hari. Di tempat yang sama ataupun di kesempatan yang berbeda. Walaupun sepertinya susah untuk bisa bertemu kembali.



Terimakasih Sambas untuk semua ceritanya di kesempatan kedua ini.


(Saya pulang hari Kamis, 4 Januari 2024 dan sampai di rumah pada hari Jum'at, 5 Januari 2024)


Semua tulisan tentang Sambas bisa dilihat di sini : Sambas



Kita diciptakan berpasang-pasangan di dunia ini. Pagi dengan malam, panas dengan hujan, bising dengan tenang, dan bisa juga ramai dengan sepi. Walaupun kita memiliki banyak teman, tapi ada hal yang masih membuat kita merasa kesepian.


Baca juga : Semakin Sedikit yang Kamu Ketahui, maka akan Semakin Baik


Orang-orang yang berada di sekeliling kita, biasanya membawa energi positif yang bisa membuat kita merasa nyaman ataupun tenang. Tapi kembali lagi, semua itu hanya bersifat sementara. Di sela-sela kegembiraan kita pasti ada rasa kesendirian yang tiba-tiba muncul entah darimana datangnya. Yang awalnya kita bisa tersenyum tapi malah membuat kita ingat lagi akan kesedihan ataupun kesepian yang menyelimuti kehidupan kita.


Teman sekolah, teman di sosial media, keluarga, kenalan, tetangga, warga sekitar dan masih banyak yang lainnya, walaupun kita mempunyai itu semua tapi sejatinya kita masih saja kesepian. Kesepian mungkin sudah menjadi teman kita dari kita lahir atau semenjak kita mulai mendapatkan masalah.


Melihat orang lain yang tiap hari menelpon keluarganya, kita juga merasa senang melihatnya. Padahal kita tidak tahu sedang dalam masalah apa mereka setiap harinya. Tak hanya itu, yang setiap harinya gembira dengan teman-temannya belum tentu gembira saat ia sudah pulang ke rumahnya. Orang yang selalu menghibur teman-temannya sebenarnya juga butuh dihibur karena mereka juga mempunyai masalah yang mungkin lebih berat daripada kita saat ini.


Sawang sinawang, ungkapan dari bahasa Jawa yang memiliki makna tentang membanding-bandingkan kegidupan kita dengan kehidupan orang lain. Contoh yang sangat sederhana misalnya tentang masalah gaji. Melihat atau mendengar gaji orang lain yang mungkin lebih besar daripada kita rasanya mungkin ada sedikit iri dalam diri yang membuat kita beranggapan bahwa hidup dia lebih layak dibandingkan dengan orang yang memiliki gaji lebih sedikit dari mereka. Padahal mungkin saja banyak beban yang ditanggungnya maka Allah memberikan mereka gaji yang lebih karena sesuai dengan yang dibutuhkannya. Tapi kebanyakan orang beranggapan salah dan akhirnya terjadilah iri dengki.


Melihat kehidupan orang lain yang sepertinya senang terus tanpa ada masalah. Padahal kita tidak tahu, bisa jadi mereka membungkus kesedihan mereka dengan tawa sehingga kita melihat mereka senang terus tanpa adanya beban. Tapi yakin mereka pasti pernah berada di fase ksepian, walaupun mereka sudah memiliki segalanya.


Kesepian bukan berarti kita langsung mencari keramaian untuk menghibur diri. Tapi terkadang kita harus menikmati kesepian itu sendirian agar kita berpikir bahwa segala sesuatu yang telah ditetapkan bisa kita syukuri. Toh mereka yang kesepian kadang bisa menikmati rasa kesepian itu sendiri dibandingkan harus berada di tempat yang ramai untuk sekedar berpura-pura agar bisa bebas dari rasa kesepian yang ia alami.


Merasa sepi dalam ramai atau merasa ramai dalam sepi?



Rasa ingin tahu manusia memang baik agar kita bisa mengetahui apa yang belum pernah kita ketahui dan kita bisa mendapatkan pengetahuan baru. Tapi tak selamanya yang kita cari tahu itu berupa ilmu, bisa juga malah mala petaka yang menghampiri kita saat kita terlalu banyak mengetahui hal tersebut.


Baca juga : Kalimat Penenang


Hal yang seharusnya tidak kita ketahui malah menjadi tahu adalah sebuah beban yang menjadi tanggung jawab kita yang harus kita tanggung sendiri. Bahagia, kecewa, sakit, ataupun sedih pasti kita rasakan saat sudah mengetahui apa yang ingin kita ketahui. Tapi kebanyakan kecewa pastinya karena tidak sesuai dengan ekspektasi kita.


Padahal tidak ada yang menyuruh kita untuk mencari tahu. Dan mencari tahu itu sebenarnya tidak harus juga karena bisa menyebabkan kecanduan. Sekali saja kita mendapatkan informasi yang kita inginkan dan sesuai dengan yang kita pikirkan maka kita akan mencoba menggali lebih dalam lagi. Padahal yang sebenarnya kita gali adalah jurang untuk menjatuhkan kita dan akhirnya tak bisa kembali ke atas lagi.


Mencari tahu sesuatu kadang juga disertai dengan rasa curiga dan khawatir. Yang pasti kita kebanyakan membawa hal negatif saat ingin menggali informasi. Emosi kita yang sedang memuncak ditambah lagi dengan pikiran kita yang sudah tidak karuan lagi membuat kita menjadi buta dan akhirnya... (akhirnya apa?)


Makanya orang sekarang merasa apatis terhadap sekitar. "Ah terserah selama ga ganggu hidup gue ya bodo amat". Ga mau tau urusan orang lain juga menjadi awal bagi seseorang agar tidak overthinking. Kayaknya sakit banget ya berpikir suatu hal yang belum tentu kejadian dan malah membuat kita menjadi was-was dan berpikiran yang engga-engga. Padahal yang kita pikirkan belum tentu terjadi. Tapi karena sudah bawaan curiga dan emosi yang memuncak, sesuatu yang ga ada jadi diada-adakan.


Mungkin orang yang sekarang sifatnya acuh tak acuh adalah orang yang dulunya merasa pengen tau terus dan akhirnya mendapatkan apa yang dipikirkannya terjadi. Dan mulai saat itu dia ga mau yang namanya sakit mungkin atau apalah yang membuat dia trauma akan hal yang pernah dilakukannya.


Tapi ga ada salahnya juga kita ingin tau sesuatu (tau atau tahu yang bener ni?) Karena kalau ga kepo ya ga bakal hidup juga kita di dunia ini. Selagi ada batasan yang membuat kita ga berlebihan ya ga apa-apa.


Pada intinya mencari sesuatu yang berlebihan itu bisa menjadi penyakit yang menyerang kita sendiri. Kayaknya lebih baik diam dan ga ngapa-ngapain. Ikut arus aja kalaupun memang arus itu membawa ke air terjun ya mau ga mau kita harus ikut terjun juga. Toh semua tinggal menunggu waktu cepat ataupun lambat.


Mungkin kita dijuluki si penyelam handal yang bisa mengakses banyak informasi melalui banyak tempat. Tapi apakah setelah kita mengetahui informasi tersebut bisa membuat kita senang atau malah membuat kita sakit? Yang ujung-ujungnya malah... Malah apa?