bumi


Makhluk bumi adalah kita yang hidup di bumi ini, kadang atau mungkin juga sering tidak bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki atau kita dapatkan. Kalo ngomongin kurang bersyukur, lagi-lagi balik ke masalah pekerjaan. Hari-hari kerja, jadinya banyak cerita tentang pekerjaan. Walaupun banyak tapi ga bisa dijadiin tulisan semua ya, yaaa ini pun layak jadi tulisan apa ga ya ga tau juga.


Baca juga : Ngomongin Masa Depan


Dalam pekerjaan kita suka membanding-bandingkan pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lainnya. Adanya iri dan dengki antara satu dengan yang lainnya. Itu wajar-wajar kurang ajar atau wajar-wajar aja si? Ga tau juga lah ya mana yang bener.


Gaji biasanya menjadi permasalahan saat bekerja. Mulai gaji yang kurang, kecil, atau mungkin juga kegedean (yaahhh kalo yang kegedean pasti ga protes malah diam-diam aja). Kita kurang bersyukur sudah mendapatkan pekerjaan, dibandingkan mereka yang di sana yang masih banyak menganggur dan ga tau harus ngapain. Sebenernya gampang kalo ga sesuai ya keluar kan? Tapi pasti mikir kalau keluar di sini mau kemana lagi. Boleh-boleh aja keluar tapi seharusnya kita sudah memiliki rencana kedepannya mau gimana. Ngeluh ke diri sendiri sebenernya ga masalah, yang jadi masalah itu ngajak-ngajak temen yang awalnya ga mau jadi malah terpancing.


Makan juga menjadi masalah saat bekerja. Mereka sering mengeluh karena masakan yang disajikan kurang enak atau apalah itu. Jadi ga semangat bekerja dan malah makan di tempat lain yang harus mengeluarkan duit dari kocek pribadi. Padahal kalo dipikir di rumah belum tentu mereka makanannya enak-enak kan?


Bapak pernah bilang kalo kerja udah terbiasa berat, nanti kalau suatu saat dapat kerjaan yang berat, kita udah ga kaget lagi karena udah terbiasa. Yaa kalo orang-orang ngomong pada ngeluh atau gimana, sebenernya saya agak ketawa dalam hati karena yang mereka ceritakan belum ada apa-apanya penderitaannya ketimbang yang pernah saya alami. Saya bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik daripada sebelumnya.


Omongan bapak harus kita dengar apalagi kalo masalah pekerjaan, karena bapak udah terbiasa bekerja jadinya tau mana yang baik ataupun yang kurang baik. Pengalaman bapak bisa diterapkan sekarang dan membuat saya jadi lebih bersyukur dengan apa yang saya lakukan. Ngeluh boleh tapi tetep dijalani.


Saya jadi mikir, kayaknya saya pernah nulis tulisan kayak gini.

tulisan khoir


Dewasa ini kita dihadapkan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Kita tau bahwa hidup yang sebenarnya adalah sekarang ini yang kita jalani. Keluh kesah, sedih, ragu, resah, dan rasa khawatir yang lainnya yang kadang membuat kita sadar bahwa dewasa memang ga indah-indah banget untuk dijalani.


Baca juga: Ternyata Lebih Buruk Kehilangan Teman


Khawatir akan pekerjaan yang sedang kita jalani, kita cemas apakah pekerjaan ini bisa terus berlanjut untuk kedepannya. Begitu juga yang sedang berkuliah, khawatir apakah bisa setelah lulus nanti bisa langsung mendapatkan pekerjaan.


Ternyata ga cuma tentang pekerjaan yang membuat kita ragu untuk menjalani hidup ini kedepannya. Orang yang sudah menikah kadang bingung nanti kalau ga kerja harus bagaimana. Ga mungkin seorang yang sudah menikah selalu merepotkan kedua orangtuanya. Mungkin itu yang masih menjadi dilema bagi sebagian orang.


Dari semua itu mungkin ada benarnya, tapi mungkin kita terlalu berlebihan memikirkan hal yang belum terjadi pada diri kita. Sekarang kita malah fokus dengan yang belum ada dan malah cuek dengan kondisi yang sudah ada di depan mata kita.


Tapi ga ada salahnya juga kan kita mikirin hal yang kaya gitu, hmm jadi serba salah. Jawaban yang paling tepat untuk kondisi ini yaaa.... Jalani aja.

tulisan khoir


Makin hari kita dihadapkan dengan yang namanya kehilangan, baik itu kehilangan anggota keluarga, teman, sahabat, pasangan, atau mungkin juga pekerjaan. Saat kita kehilangan sesuatu yang kita cintai atau yang kita sukai, pasti ada rasa ga rela untuk melepaskannya. Tapi kehilangan tersebut bukan berarti akan hilang selamanya dari diri kita, mungkin bisa jadi kita mendapatkan yang lebih baik dari apa yang kita inginkan.


Baca juga : Keluarga yang Sukses


Kehilangan teman menjadi pembahasan pada tulisan kali ini. Hmm, kita mendapatkan teman bisa datang dari pintu mana saja, seperti mendapatkan teman saat bersekolah, majelis, kegiatan sekolah, olahraga, pekerjaan, dunia maya dan masih banyak lagi yang lainnya. Tapi dari sekian banyak teman yang kita dapatkan, pasti ada yang benar-benar menjadi teman tapi ada juga yang hanya sekedar teman.


Awal sebelum mengenal satu sama lain mungkin masih asing bagi kita tentunya. Tapi lama kelamaan orang asing tersebut bisa akrab dengan kita dan malah menjadi teman di kemudian hari. Entah apa yang membuat satu sama lain bisa memiliki ketertarikan untuk berteman. Mungkin saja karena satu frekuensi, atau juga bisa karena berawal dari tidak suka malah menjadi suka. Menjadi teman hanya tinggal menunggu waktu agar bisa saling kenal dan akhirnya malah berpisah.


Kata "teman" yang sudah dibangun begitu sulitnya bisa saja hancur ataupun berantakan dikarenakan beberapa faktor. Perpisahan karena lulus sekolah pasti sudah menjadi hal yang biasa untuk kita. Tapi kali ini kita bahas tentang perpisahan teman karena pekerjaan.


Sedikit cerita, saya sudah hampir 3 bulan bekerja di sini (masih di daerah Kubu Raya). Hari demi hari teman silih berganti, ada yang masuk ada juga yang keluar. Sebenarnya hal ini pernah saya alami saat saya masih bekerja di Sintang dulu. Tapi untuk saat ini benar-benar sedikit karena banyak yang dipulangkan. Saya bersyukur karena saya tidak masuk bagian yang dipulangkan, tapi sebenarnya saya agak kasihan dengan teman-teman yang dipulangkan.


Walaupun saya tidak akrab dengan semua orang yang ada di sini, tapi kebersamaan kami tiba-tiba lenyap begitu saja. Yang awalnya makan siang ramai-ramai, sekarang malah sedikit dan terasa sepi. Ya mau bagaimana lagi ini semua sudah menjadi kebijakan.


Kalau ada pilihan untuk memilih lebih baik kehilangan pekerjaan atau kehilangan teman, kalian lebih memilih untuk kehilangan yang mana? Hmm, ada teman saya yang bekerja di sini pernah bilang, "lebih baik kehilangan pekerjaan dibandingkan kehilangan teman". Saya setuju akan hal itu karena yang namanya pekerjaan mungkin saja tidak abadi, tapi namanya pertemanan abadi sampai seterusnya. Walaupun dipisahkan pulau, negara, dan dipisahkan karena pekerjaan, suatu saat nanti mungkin saja bisa bertemu kembali.


Beradaptasi dengan teman yang baru memang membutuhkan waktu. Tapi takutnya malah hancur lagi kedepannya dan harus memulai berteman dengan orang yang baru lagi. Sebenarnya ga papa karena kita bisa memiliki banyak teman dengan berbagai karekter yang mereka miliki.


Ternyata kehilangan teman itu lebih buruk dari pada kehilangan...?


Sekarang udah tahun 2022, ga kerasa ya makin hari kayaknya makin cepet aja. Perasaan baru kemaren tidur eh udah ganti tahun aja ni. Walaupun udah di pertengahan bulan 1, saya baru bisa nulis sekarang. Yaa banyak alasan kenapa baru bisa nulis sekarang. Selain sibuk, saya juga mikir siapa juga yang mau baca tulisan saya?😅.


Tahun baru ga semua harus baru juga kan. Kalo dipikir-pikir lagi, saya sendiri ga ada yang berubah kayaknya ya. Ga ada yang baru, mulai dari pakaian, makanan sehari-hari, pekerjaan, ataupun yang lainnya saya ga ada yang baru. Masih menjalani kehidupan seperti makhluk bumi pada umumnya.

Tapi di tahun baru ini seharusnya kita harus memiliki target untuk menjadi lebih baik dari pada tahun sebelumnya. Misalnya seperti memikirkan masa depan kita selanjutnya. Kayak suksesnya karir kita, atau mungkin kita berhasil nabung untuk beli barang yang udah kita damba-dambakan sebelumnya.

Nah ngomongin kesuksesan, semua orang bisa sukses tapi caranya beda-beda si ya dan hasilnya pun pasti ga akan sama rata setiap orangnya. Ga mungkin kan setiap orang akan jadi bos semua? Atau ga mungkin juga kan semua orang bakal jadi pekerja? Contoh lainnya ada penjual dan ada pembeli, ga mungkin semua orang jadi salah satunya aja.

Kita ngomongin sukses ini diperuncing lagi ya di kehidupan keluarga. Kalo ngomongin sukses di lingkungan teman sekolah udah biasa ya. Ada yang mungkin sukses dengan bisnisnya, ada yang cita-citanya tercapai menjadi anggota TNI/POLRI, mungkin ada juga yang sukses karena sudah melangsungkan pernikahan. Semua punya kesuksesan masing-masing yang ga semua kita tau.

Kalo keluarga sendiri, pasti ada lah yang sukses juga kan tergantung dengan bidang yang ia geluti. Tapi kadang saya suka heran sama orang yang membanding-bandingkan kesuksesan antara orang yang satu dengan orang yang lain. Misalnya aja ni ya bapaknya seorang guru eh tapi anaknya kok ga jadi guru juga? Orang-orang yang banyak komen pasti langsung tu ngomongin anak itu kenapa ga jadi guru kayak bapaknya. Yaa kan mereka punya jalan ninja masing-masing, jadi seharusnya kita ga perlu ngurusin kesuksesan orang lain.

Suka heran juga sama orang yang bandingin keluarga yang anaknya sukses tapi anak yang lain kurang sukses. Aneh juga ya kalo dipikir, kan jalur sukses itu ga pilih-pilih orangnya. Masa yang sukses cuma keluarga ini aja yang lain ga boleh sukses kan?

Banyak contoh sebenernya kalo ngomongin sukses kayak gini. Bayangkan aja yang kuliah dengan berbagai macam jurusan yang mereka pilih, setelah lulus mereka belum tentu bekerja dengan tujuan awal yang mereka pilih. Pun ada juga yang ikut pelatihan ini itu tapi akhir-akhirnya malah ga ngapa-ngapain. Tapi dari sekian banyak makhluk bumi yang seperti itu, pasti ada kan yang lulus dan bekerja sesuai dengan jurusan yang mereka ambil? Jadi ga usah nyalahin yang gagal dan malah ngelupain yang berhasil. Kita lebih seneng ngomongin orang yang gagal ketimbang orang yang berhasil. Orang yang kuliah, kursus, pelatihan, ataupun yang lainnya banyak juga kok yang berhasil, tapi kita lupa karena sering ngomongin yang gagal.

Kalo ada keluarga yang sukses sebenernya kita harus bangga bukannya malah iri ataupun dengki. Iri boleh tapi yang memotivasi bukan yang menjatuhkan lo ya. Masa ga boleh salah satu dari keluarga kita ada yang sukses, ya kali semua harus jadi kayak kita. Kalo keluarga isinya sama semua ya bosen jadinya ya kan?

Sama kayak saya masih di sekolah dulu, saya punya prinsip kalo di kelas harus ada yang lebih pinter dari saya karena kalo ada yang saya ga tau bisa tanya ke dia. Kalo kita udah pinter sendiri nanti mau tanya sama siapa lagi? Semua diciptakan beragam itu biar ada bedanya. Kalo semua jadi orang sukses, lah yang bener-bener sukses siapa nanti?

Yang aneh lagi itu biasanya tetangga ataupun orang yang kalo ngomongin orang harus begini harus begitu, mereka juga ngebandingin keluarga yang satu dengan keluarga yang lain, ngomongin anak orang yang sukses sama yang tidak. Tapi mereka lupa sama diri mereka sendiri, mereka udah sukses apa belum? Kenapa malah ngurusin idup orang lain yang ga buat mereka jadi sukses. Sedangkan orang yang sukses itu untuk dirinya sendiri sama keluarganya bukan untuk tetangga mereka kan?