Membeli barang baru membuat perasaan bahagia timbul dalam diri kita. Tapi terkadang hal tersebut hanya di awal saja dan ketika sudah dipertengahan akan bosan dan akhirnya dibuang.


Baca juga : Curhat


Saat sekolah dulu khususnya SD, setiap kenaikan kelas biasanya akan ada barang baru seperti sepatu, tas, buku, sepeda ataupun yang lainnya. Seolah semua itu menjadi kewajiban yang terstruktur. Padahal masih banyak barang yang bisa dipakai tapi karena kurang menarik lagi ataupun lecet sedikit kita malah meninggalkannya begitu saja.


Selama Masih Bisa Diperbaiki Kenapa Harus Beli?

Banyak barang yang mestinya masih bisa berfungsi dengan baik namun malah kita tinggalkan begitu saja karena kurang menarik. Kalau dipikir lagi padahal barang tersebut masih berfungsi dengan baik.


Headset yang copot sedikit saja harus langsung diganti padahal kita bisa memberi lem supaya merekat kembali dannn bisa dipakai lagi deh. Begitu juga dengan sepatu ataupun sendal yang sudah mangap karena kelaparan. Kita bisa saja menggunakan lem atau menjahit sepatu kita supaya bisa digunakan kembali. Itu hanya beberapa contoh kecil saja agar kita tidak sembarangan membuang barang yang masih layak untuk dipakai.


Beli Kalau Memang Benar-Benar Rusak

Kalimat yang mudah diucapkan namun sulit untuk dijalankan. Hmm, mungkin termasuk saya juga ya. Kalau ngomongin judul kecil diatas, saya punya cerita tentang sepatu.


Mulai saya bersekolah dari kelas 1 Aliyah sampai lulus, saya tidak pernah membeli sepatu kecuali sepatu untuk olahraga. Sepatu saya hanya itu-itu saja sampai lulus. Yaa memang ada sedikit robek tapi saya sudah nyaman dan berpikir kenapa harus mengganti sepatu? Sepatu kedua saya sepatu olahraga karena saya ketika di Aliyah mengikuti kegiatan ekstra yaitu bola voli. Hanya sekedar iseng dan untuk mengisi waktu luang.


Berikan Barang yang Sudah Tidak Kita Inginkan

Banyak pakaian yang menumpuk di lemari padahal yang kita pakai hanya itu-itu saja. Kenapa kita tidak menyisakan ruang di lemari kita agar ia bisa bernapas lega. Memberikan kepada saudara kita atau mungkin orang lain. Dengan catatan yang masih layak ya.


Saya mempunyai 2 saudara yang semua itu adalah laki-laki. Saya sendiri adalah anak ke 2 yang sudah pasti pernah merasaan pakaian yang sudah sauadara pertama saya kenakan. Yaa karena mungkin sudah tidak muat ataupun karena hal yang lainnya. Begitu juga dengan saya yang memberikan pakaian saya kepada adik saya karena beberapa alasan. 


Ada untungnya kita melakukan hal tersebut. Selain memberi ruang untuk lemari, kita juga bisa lebih fokus lagi dan ga ribet saat memilih pakaian.


Gunakan Semaksimal Mungkin

Menggunakan barang sampai titik darah penghabisan itu ada perasaan wah tersendiri. Contoh saja nomor yang saya pakai saat ini adalah nomor yang saya dapatkan saat masih duduk di sekolah dasar. Tapi nomor tersebut ternyata sudah digunakan oleh Mas saya terlebih dahulu. Wow sudah lama sekali ya dan masih bertahan sampai sekarang.


Meggunakan sendal sampai tipis dan mungkin sobek sudah pernah saya lakukan dan itu tidak menjadi masalah yang berarti. Dan saat ini saya menggunakan handphone yang sudah retak dan masih keluaran lama. Semua tidak menjadi masalah selama masih bisa digunakan dengan baik.


Curhat itu apa si ya? Mengutip dari Wikipedia, "Curhat atau curahan hati merupakan saat di mana satu orang mencoba untuk menceritakan sesuatu kepada orang-orang yang dianggap dekat, dan biasanya yang diceritakan itu masalah personal." Tapi dengan majunya teknologi sekarang, seseorang malah banyak menghabiskan waktu untuk curhat ke media sosial.

Mengapa Kita Harus Curhat?

Sebenernya ga harus-harus banget kita curhat, apalagi sampai ke media sosial. Curhat dengan orang lain juga harus selektif jangan sampai apa yang kita ceritakan malah jatuh ke orang yang tidak benar. Niatnya ingin mencari solusi malah jadi menambah masalah karena salah menyampaikan kepada orang lain.

Baca juga : Menentukan Pilihan

Curhat sendiri menurut saya termasuk penting karena dengan adanya curhat, sesuai dengan namanya kita bisa mencurahkan isi dalam hati kita untuk mengurangi beban yang sulit untuk kita simpan sendiri.

Dengan adanya curhat kita berharap akan adanya solusi untuk masalah yang kita hadapi saat ini yang kemungkinan kita belum tau atau belum sanggup untuk mengambil keputusan tersebut.

Kemana Seharusnya Kita Curhat?

  • Media Sosial, biasanya atau mungkin kebanyakan orang lebih suka mencurahkan unek-uneknya ke media sosial. Mungkin ada yang memang benar mencari solusi atau mungkin hanya sekedar ingin didengar dan mencari perhatian.

  • Teman, curhat juga biasanya dilakukan dengan teman atau sahabat yang kita percaya. Enaknya di sini, kadang teman memberikan kita solusi dan banyak pilihan tanpa memaksakan kehendak kita. Tapi harus berhati-hati juga kalau curhat ke teman, yaaa tau sendiri "teman".

  • Keluarga, biasanya sering kita lupakan, padahal keluarga yang bisa jadi paling mengerti kehidupan kita. Curhat dengan keluarga terkhusus mamak, bisa membuat kita lega atau nama lainnya itu plong dengan masalah yang kita hadapi. Jangan lupakan saudara juga karena saudara yang sudah dari kecil bersama kita, main bareng bahkan berantem bareng jadinya lebih tau tentang kita.

Jangan Dipendam

Kadang kita merasa sok kuat dengan menyimpan segala unek-unek atau masalah kita tanpa kita ceritakan kepada siapapun. Selagi kita mampu menghadapi ya ga masalah tapi yang jadi masalah itu saat kita ga kuat tapi malah dipaksa biar jadi sok keren atau apalah itu. Baik laki-laki maupun perempuan yee.

Menulis membuat saya lapar. Heyy mungkin menulis bisa menjadi obat saat saya tidak nafsu makan.

Sumber :