Dimana dulu aku yang selalu berambisi untuk menjadi yang nomor satu? Dimana juga aku yang selalu menerjang semua dengan maksud menggapai tujuan yang diinginkan? Dimana aku yang melalukan segala macam hal agar menjadi lebih baik? Dan dimana aku yang selalu merasa bersalah hingga tak kunjung padam saat melakukan kesalahan?


Memang benar ucapan "semua orang ada masanya dan semua masa ada orangnya". Yang dulunya selalu bekerja keras agar semua mata tertuju kepadanya sekarang malah santai dalam menghadapi kehidupan. Ada juga yang dulunya malas-malasan tapi sekarang malah rajinnya minta ampun.


Masa Sekolah


Kalau ditulis dan dijadikan cerita, kita mulai dari latar tempat sekolah. Di tempat ini adalah tempatnya bersaing antar murid. Mendapatkan ranking satu adalah tujuan mereka supaya terkenal dan mudah diingat oleh guru. Padahal dengan cara nakal kita juga bisa diingat oleh guru. Yang ga bisa diingat itu biasanya murid yang biasa-biasa aja. Tapi itu semua ga penting karena yang mau kita tulis bukan tentang itu.


Baca juga : Tempat Makan


Belajar dengan giat, mengerjakan tugas dengan baik, mencontek, menuduh, mengisi jawaban saat guru sedang membacakannya, semua dilakukan agar bisa menjadi si nomor satu.


Usia Dini


Saat masih kecil biasanya kita mudah terpengaruh dan memiliki ambisi yang kuat saat sedang menginginkan sesuatu. Menabung dan rela ga jajan demi membeli tas misalnya, ataupun membeli laptop agar bisa memudahkan saat belajar. Semua bisa karena ada niat yang besar dan didorong oleh semangat dari diri sendiri maupun orang lain.


Game


Ga cuma di sekolah, melainkan ambisi datang saat kita sedang bermain video game. Menghabiskan waktu untuk mengurung diri di kamar dan menghamburkan uang agar bisa menaikkan level dalam video game. Tapi kita lupa untuk menaikkan level di kehidupan yang sebenarnya. Ga ada yang salah sebenarnya dalam bermain video game, toh bisa membuat kita menjadi pro player misalnya.


Pasangan


Ambisi mendapatkan pasangan juga begitu. Saat usia-usia sekolah atau bisa dikatakan masa puber, rasa ingin mendapatakn pasangan itu kayaknya sudah menjadi hal yang biasa saat umur segitu. Melihat teman-teman mendapatkan pasangan, kita juga pengen rasanya memiliki pasangan. Walaupun kadang kisah cinta usia segitu ga berjalan mulus seperti yang diharapkan. Hanya sekedar mengenal gimana si dunia percintaan ini? Ya setelah itu kita bakal melanjutkan kehidupan seperti orang pada umunya.


Masa Depan


Saat SD ingin menjadi tentara, menginjak SMP ingin menjadi guru, naik lagi satu tingkat ke jenjang SMA ingin menjadi pengusaha, dan akhirnya setelah lulus malah bingung mau jadi apa.


Semua rencana yang dari dulu sudah direncnaakan seperti sia-sia dan membuat kita kecewa dengan keadaan. Kadang hal seperti itu lah yang membuat kita ingin hidup dengan damai.


Hidup Damai


Sekarang malah mikir gimana caranya hidup tenang tanpa ada beban. Mencari ketenangan dengan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman ataupun keluarga biasanya sudah cukup. 


Rasanya kalau diingat-ingat lagi ke belakang, masalah begitu banyak karena kita sendiri yang menciptakannya. Sampai-sampai kita lupa untuk beristirahat sejenak dan melupakan masalah tersebut. Walaupun ga menyelesaikan masalah tapi setidaknya kita bisa melupakan walaupun hanya sejenak.


Berpikiran positif dan ga terlalu ambil pusing adalah jalan ninjaku yang sekarang. Capek mikir mending dijalani aja dan pasti tetep ada jalannya walaupun jalan rusak ataupun berlubang yang penting bisa sampai pada tujuan.


Dari tulisan diatas seperti sekolah, pasangan, cita-cita, bahkan masa depan tidak terlalu dipikirkan untuk saat ini. Biarkan mengalir dan ikut alurnya saja. Walaupun sesekali juga memberontak.


Hidup yang sederhana yang ga neko-neko. Santai, tenang, perlahan untuk menuju kedamaian.


Ah rasanya kehilangan jati diri yang dulu selalu berambisi kini malah jadi acuh tak perduli. 


Tapi apa semua orang berpikiran seperti ini? Ga juga, semua orang punya jalan ninja masing-masing.