Membeli barang baru membuat perasaan bahagia timbul dalam diri kita. Tapi terkadang hal tersebut hanya di awal saja dan ketika sudah dipertengahan akan bosan dan akhirnya dibuang.


Baca juga : Curhat


Saat sekolah dulu khususnya SD, setiap kenaikan kelas biasanya akan ada barang baru seperti sepatu, tas, buku, sepeda ataupun yang lainnya. Seolah semua itu menjadi kewajiban yang terstruktur. Padahal masih banyak barang yang bisa dipakai tapi karena kurang menarik lagi ataupun lecet sedikit kita malah meninggalkannya begitu saja.


Selama Masih Bisa Diperbaiki Kenapa Harus Beli?

Banyak barang yang mestinya masih bisa berfungsi dengan baik namun malah kita tinggalkan begitu saja karena kurang menarik. Kalau dipikir lagi padahal barang tersebut masih berfungsi dengan baik.


Headset yang copot sedikit saja harus langsung diganti padahal kita bisa memberi lem supaya merekat kembali dannn bisa dipakai lagi deh. Begitu juga dengan sepatu ataupun sendal yang sudah mangap karena kelaparan. Kita bisa saja menggunakan lem atau menjahit sepatu kita supaya bisa digunakan kembali. Itu hanya beberapa contoh kecil saja agar kita tidak sembarangan membuang barang yang masih layak untuk dipakai.


Beli Kalau Memang Benar-Benar Rusak

Kalimat yang mudah diucapkan namun sulit untuk dijalankan. Hmm, mungkin termasuk saya juga ya. Kalau ngomongin judul kecil diatas, saya punya cerita tentang sepatu.


Mulai saya bersekolah dari kelas 1 Aliyah sampai lulus, saya tidak pernah membeli sepatu kecuali sepatu untuk olahraga. Sepatu saya hanya itu-itu saja sampai lulus. Yaa memang ada sedikit robek tapi saya sudah nyaman dan berpikir kenapa harus mengganti sepatu? Sepatu kedua saya sepatu olahraga karena saya ketika di Aliyah mengikuti kegiatan ekstra yaitu bola voli. Hanya sekedar iseng dan untuk mengisi waktu luang.


Berikan Barang yang Sudah Tidak Kita Inginkan

Banyak pakaian yang menumpuk di lemari padahal yang kita pakai hanya itu-itu saja. Kenapa kita tidak menyisakan ruang di lemari kita agar ia bisa bernapas lega. Memberikan kepada saudara kita atau mungkin orang lain. Dengan catatan yang masih layak ya.


Saya mempunyai 2 saudara yang semua itu adalah laki-laki. Saya sendiri adalah anak ke 2 yang sudah pasti pernah merasaan pakaian yang sudah sauadara pertama saya kenakan. Yaa karena mungkin sudah tidak muat ataupun karena hal yang lainnya. Begitu juga dengan saya yang memberikan pakaian saya kepada adik saya karena beberapa alasan. 


Ada untungnya kita melakukan hal tersebut. Selain memberi ruang untuk lemari, kita juga bisa lebih fokus lagi dan ga ribet saat memilih pakaian.


Gunakan Semaksimal Mungkin

Menggunakan barang sampai titik darah penghabisan itu ada perasaan wah tersendiri. Contoh saja nomor yang saya pakai saat ini adalah nomor yang saya dapatkan saat masih duduk di sekolah dasar. Tapi nomor tersebut ternyata sudah digunakan oleh Mas saya terlebih dahulu. Wow sudah lama sekali ya dan masih bertahan sampai sekarang.


Meggunakan sendal sampai tipis dan mungkin sobek sudah pernah saya lakukan dan itu tidak menjadi masalah yang berarti. Dan saat ini saya menggunakan handphone yang sudah retak dan masih keluaran lama. Semua tidak menjadi masalah selama masih bisa digunakan dengan baik.


Curhat itu apa si ya? Mengutip dari Wikipedia, "Curhat atau curahan hati merupakan saat di mana satu orang mencoba untuk menceritakan sesuatu kepada orang-orang yang dianggap dekat, dan biasanya yang diceritakan itu masalah personal." Tapi dengan majunya teknologi sekarang, seseorang malah banyak menghabiskan waktu untuk curhat ke media sosial.

Mengapa Kita Harus Curhat?

Sebenernya ga harus-harus banget kita curhat, apalagi sampai ke media sosial. Curhat dengan orang lain juga harus selektif jangan sampai apa yang kita ceritakan malah jatuh ke orang yang tidak benar. Niatnya ingin mencari solusi malah jadi menambah masalah karena salah menyampaikan kepada orang lain.

Baca juga : Menentukan Pilihan

Curhat sendiri menurut saya termasuk penting karena dengan adanya curhat, sesuai dengan namanya kita bisa mencurahkan isi dalam hati kita untuk mengurangi beban yang sulit untuk kita simpan sendiri.

Dengan adanya curhat kita berharap akan adanya solusi untuk masalah yang kita hadapi saat ini yang kemungkinan kita belum tau atau belum sanggup untuk mengambil keputusan tersebut.

Kemana Seharusnya Kita Curhat?

  • Media Sosial, biasanya atau mungkin kebanyakan orang lebih suka mencurahkan unek-uneknya ke media sosial. Mungkin ada yang memang benar mencari solusi atau mungkin hanya sekedar ingin didengar dan mencari perhatian.

  • Teman, curhat juga biasanya dilakukan dengan teman atau sahabat yang kita percaya. Enaknya di sini, kadang teman memberikan kita solusi dan banyak pilihan tanpa memaksakan kehendak kita. Tapi harus berhati-hati juga kalau curhat ke teman, yaaa tau sendiri "teman".

  • Keluarga, biasanya sering kita lupakan, padahal keluarga yang bisa jadi paling mengerti kehidupan kita. Curhat dengan keluarga terkhusus mamak, bisa membuat kita lega atau nama lainnya itu plong dengan masalah yang kita hadapi. Jangan lupakan saudara juga karena saudara yang sudah dari kecil bersama kita, main bareng bahkan berantem bareng jadinya lebih tau tentang kita.

Jangan Dipendam

Kadang kita merasa sok kuat dengan menyimpan segala unek-unek atau masalah kita tanpa kita ceritakan kepada siapapun. Selagi kita mampu menghadapi ya ga masalah tapi yang jadi masalah itu saat kita ga kuat tapi malah dipaksa biar jadi sok keren atau apalah itu. Baik laki-laki maupun perempuan yee.

Menulis membuat saya lapar. Heyy mungkin menulis bisa menjadi obat saat saya tidak nafsu makan.

Sumber :


Hari ini hujan yang berakibat tidak adanya kegiatan bekerja. Dari kemarin sore hingga pagi hari ini hujan terus turun mengguyur bumi ini. Udara dingin tentu bisa menusuk hingga ke dalam tulang. Bak mandi yang awalnya sedikit dan susah terisi oleh air, kini bisa terisi hampir penuh oleh turunnya hujan.


Baca juga : MERANTAU ADALAH JALAN NINJAKU - Sambas #1


Istirahat tentu menjadi pilihan utama yang dilakukan saat tidak bekerja. Tapi badan yang biasanya digunakan bekerja, seketika malah terasa capek karena tidak melakukan kegiatan. Hahh tidur terus sambil membuka aplikasi untuk hiburan. Jarang sekali hujan bisa sampai selama ini, harus bersyukur karena hujan itu anugerah.


Sudah lama tidak menulis untuk mengisi blog pribadi ini. Walaupun tulisan ini tidak memenuhi standar mungkin. Hanya sekedar mengisi lembar yang kosong agar bisa dijadikan sebuah cerita yang harus dipindah karena isi kepala sudah hampir penuh. Setidaknya mengurangi beban pikiran yang ada ini. Hidup menjadi orang lain itu enak, yaa bagi mereka yang mebanding-bandingkan hidupnya dengan orang lain.


Sudah lama tidak mengembara, akhirnya bisa kembali lagi untuk menjelajah bumi ini. Masih di Kalimantan Barat, ga perlu jauh-jauh nanti malah ga bisa balik ke rumah.


Saya mempunyai kesempatan untuk kembali merantau untuk sebuah tugas, yaa tugasnya untuk bekerja mencari uang. Tapi selain mencari uang, saya juga pastinya mencari pengalaman baru beserta dengan orang baru. Tapi semua itu perlu adaptasi lagi karena orang-orang sudah berganti. Ga semua berganti, ada juga bertemu dengan orang lama jadinya ga terlalu canggung saat ingin bekerja.


Baca juga : Nanga Pinoh


Kali ini saya berangkat ke Sambas. Saya belum pernah sebelumnya main sampai sejauh ini. Tapi ga papa, saya malah senang karena bisa bepergian sekalian jalan-jalan tapi ingat dengan tujuan awal yaitu untuk bekerja, bukan untuk bermain-main.


Saya berangkat pagi dari rumah dan menunggu di Tugu Pesawat untuk penjemputan menggunakan mobil. Setelahnya saya mulai berangkat menuju ke lokasi. Ga bisa semua ditulis untuk menceritakan apa yang terjadi saat di perjalanan tapi yang pasti sangat menyenangkan dan jadi tambah pengetahuan tentang daerah sekitar.


Yang ga bisa lepas dari pandangan selama perjalanan adalah adanya pesta pernikahan. Yaa mungkin memang lagi musimnya atau gimana ya, soalnya sering saya lihat dari Rasau sampai ke Sambas banyak yang mengadakan pesta pernikahan. Hmm biarlah karena urusan mereka bukan urusan saya.


Sepanjang perjalanan saya juga melihat banyak tempat yang sepertinya pernah ada di mimpi saya saat saya masih tertidur pulas malam hari. Diiringi musik yang membuat perasaan semakin mengalir mengikuti lantunan musik. Seolah apa yang diucapkan telah terjadi kepada diri saya.


Setengah perjalanan saya istirahat terlebih dahulu untuk makan bersama dengan yang lain. Jangan kenyang-kenyang yang penting cukup untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Perut sudah terisi perjalananpun dilanjutkan kembali. Ahh suasana yang tenang terasa di dalam mobil, membuat mata menjadi ngantuk dan akhirnya tertidur.


Okee dipercepat aja lah ya wkwk, di sepanjang perjalanan hujan pun turun menemani perjalanan kita. Heyy perasaan apa ini? Kenapa ada perasaan yang lain saat turun hujan? Hmm mungkin ada yang salah dengan hujan ini, atau mungkin saya yang salah mengartikan maksud turunnya hujan ini.


Ga lama saya berhenti untuk berganti kendaraan. Saya berhenti di warung untuk menunggu jemputan sepeda motor. Ga menunggu lama, jemputan datang dan kami menuju tempat lokasi menggunakan sepeda motor. Yaa ga jauh dan ga deket-deket amat, yang pasti badan udah capek karena memikul beban berat yang ada di tas (bukan beban hidup ya, wkwk).


Cerita harus berhenti di sini dulu karena belum ada bahan lagi untuk dijadikan tulisan wkwk.


Di umur yang sekarang ini, memang perlu banyak pertimbangan untuk bisa melangkah. Mencari yang pasti-pasti kadang menjadi pilihan yang tepat untuk saat ini tapi kalau dipikir kembali, apakah yang pasti saat ini akan pasti juga di masa yang akan datang? Bermain di zona nyaman memang mengasyikan namun mencoba keluar dari zona nyaman tentu lebih menantang. Hidup ini akan indah kalau ada tantangannya tapi kalau hanya ada kegembiraan tentu yang kita rasakan hanya seperti itu saja setiap harinya, tanpa adanya perbedaan.

Baca juga :  Sekarang Sudah Malam

Waktu kecil, kita memiliki banyak cita-cita yang membuat kita mempersiapkan diri matang-matang untuk meraih cita-cita tersebut. Banyak pikiran, pertimbangan dan ketidakpedulian terhadap lingkungan sekitar hanya untuk meraih cita-cita tersebut.

Semakin dewasa semakin sadar untuk berfikir yang lebih praktis dan dapat diterima oleh akal sehat. Sekarang mungkin kita merasakan kenyamanan saat melakukan kegiatan tersebut tapi mungkin dikemudian hari kita tidak bisa seterusnya melakukan kegiatan tersebut, mungkin dikarenakan faktor usia, mental, keluarga ataupun yang lainnya.

Ingin mencoba pergi mencari hal baru tapi takut gagal dan malah menetap di tempat yang seharusnya kita tidak senangi. Mungkin awalnya memang berat tapi seperti biasa, sesuatu yang kita jalani terus menerus akan menjadi kebiasaan yang berujung suka dan susah untuk meninggalkannya.

Mengambil keputusan di usia yang seperti ini memang berat, bukan cuma faktor usia melainkan juga mempertimbangkan diri sebagai anak laki-laki kebanggan mamak, kebanggan keluarga, dan orang yang dipercaya. Yaa, semua laki-laki dimata mamak pasti seperti itu, tidak memandang dia berhasil atau tidak.

Kadang melibatkan orang tua saat menentukan pilihan akan menjadikan beban pada diri sendiri karena seolah-olah orang tua ikut campur dengan pilihan yang kita pilih. Hmm, itu semua terjadi saat kita lagi puber-pubernya dan masih mencari jati diri. Tapi di usia sekarang ini sebagai anak laki-laki rasanya akan lebih mudah untuk meminta persetujuan kepada mamak langsung. Mengingat waktu yang terus berjalan namun belum bisa memberikan yang terbaik untuknya. Semua pilihan sepertinya bagus tanpa harus ada pengecualian. Asalkan senang kenapa harus jadi masalah untuk kita. Melihatnya tersenyum sudah sangat berarti untuk sekarang ini dan untuk masa yang akan datang.


Suasana sepi membuat diri serasa tergelincir dalam jurang yang sunyi. Sebenernya bingung mau ngapain, karena sekarang beda dengan yang kemarin-kemarin. Biasanya beraktivitas bersama teman-teman, namun sekarang malah terdiam sampai bingung dari waktu ke waktu. Pagi menunggu sore, begitu terus sampai 7 hari. Waktu memang cepat saat kita merasa senang, atau mungkin cepat disaat kita ga ngapa-ngapain.

Baca juga : Ngomongin Rezeki

Perasaan sedih mulai datang, tapi bingung kesedihan ini datang karena apa? Hmm, kadang kita menyalahkan diri sendiri untuk membuat hari kita menjadi lebih baik. Padahal ga sepenuhnya semua itu kesalahan kita, tapi yang pasti dari semua itu ada campur tangan perbuatan kita. Masih di posisi yang sama, di teras depan rumah bapak dan mamak, karena belum punya rumah sendiri. Sore hari, matahari mulai menarik selimut menandakan malam akan tiba. Malam memang waktu yang tenang untuk kita nikmati setiap harinya, ketimbang siang hari yang berisik dan penuh dengan caci maki.
Membersihkan tubuh untuk cabut meninggalkan rumah. Memang, sebaik-baik tempat adalah rumah untuk kembali. Tapi adakalanya kita butuh keluar untuk mencari inspirasi atau sekedar menghibur diri. Mengikat rambut, ambil kunci, langsung tancap gas setelah selesai Magrib. Mencari Alfamart yang agak jauh ga seperti biasanya dan kebetulan lagi rame. Biasanya akan malas menunggu antrian, tapi entah kenapa malam ini terasa menyenangkan untuk menunggu, sembari melihat wajah-wajah yang lalu-lalang. Ahh akhirnya datang juga waktu untuk membayar di kasir. Karena sudah terbiasa, uang yang keluar dari dalam dompet juga sudah diperkirakan. Semua hampir selesai dan membenarkan standar motor setelah itu tancap gas pelan-pelan sambil menikmati jalan.
Malam memang menyenangkan bagi mereka yang menikmati. Hmm, jadi ga harus malam ya, karena bagi siapa saja yang menikmati waktu tentu saja ga ada masalah antara siang maupun malam. Lanjut melewati sekolah dan salon, terus lurus sampai akhirnya berhenti di konter untuk membeli headset. Yaa, yang pas di kantong aja, karena fungsinya sama aja "ucap orang yang punya duit pas-pasan".
Adakalanya kita menikmati waktu bersama teman, tapi ada juga waktu untuk kita sendiri. Ditemani lagu dari Joji, yaa setidaknya membuat hidup memiliki warna, walaupun warna itu adalah warna hitam. Semua punya cara untuk melampiaskan kekesalannya.
Heii, waktu sudah menunjukkan pukul 20:00 waktunya untuk menjadi wibu beberapa menit, setelah itu menjadi manusia yang tidak normal lagi. Belum menjadi manusia normal seutuhnya, karena rambut masih panjang. Hmm, jadi kapan potongnya ini rambut?


Setelah lulus sekolah biasanya kita akan bekerja seperti orang pada umumnya. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri maupun untuk kebebutuhan keluarga. Ada orang yang setelah lulus sekolah bisa langsung mendapatkan pekerjaan, baik itu melamar pekerjaan atau mungkin mendirikan usaha sendiri. Tapi ada juga yang bekerja masih dalam lingkup keluarga yaitu meneruskan pekerjaan orang tua.


Semua benar dan ga ada yang salah, yang salah itu yang tidak mau bekerja. Tapi bukan berarti saya menyalahkan yang sedang kuliah ya, karena mungkin saja yang kuliah ini juga nyambi bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau mungkin tuntutan ekonomi. Mau lulus langsung kerja ataupun kuliah sama aja yang penting kita ada kegiatan selain nganggur ga ngapa-ngapain.
Ternyata hidup yang sesungguhnya baru kita mulai saat selesai sekolah. Umur, uang, teman, tetangga, dan orang tua adalah beberapa faktor yang membuat kita sadar dan terus bergerak. Melihat umur yang tak muda lagi, harus berfikir maju ke depan, ya kali maju ke belakang kan?

Ngomongin Rezeki

Itu tadi cuma pembukaan, belum pada intinya. Nah sekarang boleh lah kita ngomongin yang namanya rezeki ini.
Banyak orang yang mengeluh tentang rezeki ini terutama tentang uang. Gaji kecil, kebutuhan banyak, badan capek, bos galak, waktu ga habis-habis, itu adalah beberapa hal yang dikeluhkan oleh banyak orang. Kalo kita ingat-ingat dulu waktu sekolah ya, kita berfikir "ga papa deh gaji 1 juta perbulan atau 2 juta perbulan yang penting dapat kerja" eehhh sekalinya dapat kerja yang gajinya segitu malah merasa kurang dan mengeluh. Diberi kesempatan naik gaji ya awalnya bersyukur tapi lama-lama kok malah ngeluh lagi ya. Hmm ternyata memang ini sifat asli manusia.

Suka Menghamburkan Uang

Yaaa, ini biasanya terjadi saat kita merasa memiliki banyak uang dan bingung mau ngabisinnya gimana. Kita cuma mikir jangka pendek aja dan ga mikirin kedepannya gimana, padahal uang yang kita pakai buat foya-foya seharusnya bisa kita pakai untuk menabung dan membeli barang yang seharusnya lebih berguna dan lebih penting daripada yang kita beli sekarang. Yang kita pikirin cuma nyenengin diri kita sesaat aja tanpa memperdulikan waktu yang akan datang.

Belum Bisa Ngatur Duit

Jajan masih boros, ngutang sana-sini, dan yang parah lagi malas untuk bekerja. Sepertinya enteng ya saat kita berhutang itu karena kita tidak mengeluarkan uang, tapi waktu gajian datang, kita malah kaget karena tagihan yang udah numpuk tanpa kita sadari. Yang akhirnya uang tabungan kita menjadi berkurang untuk membayar hutang tersebut. Kita seharusnya membagi penghasilan kita untuk ditabung, untuk jajan, dan untuk yang lainnya, supaya ga boros saat ngeluarin uang tersebut.

Kurang Waspada

Yang namanya uang itu sifatnya sensitif. Hutang atau penipuan sering terjadi di kota-kota besar, yaaa di desa juga ada si. Agak was-was sebenernya kalau hutang itu, was-wasnya ga cuma pas ngutang tapi pas ngutangin juga was-was. Banyak orang yang lupa atau mungkin sengaja lupa kalau masalah hutang. Itu juga bisa membuat uang kita habis tanpa kita sadari. Boleh kita melakukan utang piutang, tapi sebaiknya kita melakukan hal tersebut dengan orang yang kita percayai saja, ga asal ngasih apalagi sama orang yang baru kita kenal.
Penipuan juga bisa membuat kita frustasi ni mikirin duit yang habis dicuri orang. Ya mungkin dengan iming-iming uang lebih besar atau mungkin benar-benar ketipu karena kelalaian kita, uang yang seharusnya sudah banyak malah habis gitu aja.

Mulai Frustasi

Kembali kaya tulisan di awal tadi, kalau kita mikirin yang namanya uang itu memang ga ada habis-habisnya karena manusia ga akan pernah yang namanya puas, pasti pengen nambah dan nambah. Ini ga cuma berlaku di uang aja ya teman-teman.
Kita mulai menyalahkan diri sendiri karena kebodohan kita selama ini. Tapi sebenernya ga papa kita ketipu atau mungkin uang kita berkurang karena hal seperti itu. Kita bisa belajar dari kesalahan kita agar kita ga ngulangin kesalahan yang sama di lain waktu. Dan yang pasti kita bisa nyelametin keluarga kita atau orang-orang agar ga terjerumus ke lubang yang sama.
Bersyukur kalian yang mungkin pernah ketipu masalah uang tapi masih di usia muda, karena kebutuhan kita belum sebanyak orang yang sudah menikah. Ga kebanyang kan orang tua kita yang punya banyak tanggungan, terlebih lagi gaji untuk kebutuhan sehari-hari masih kurang, ehh malah ditambah ketipu masalah duit kayak gini.

Mulai Bekerja Keras

Saat uang kita sudah menipis, kita akan berfikir gimana caranya agar duit yang ilang tadi bisa balik lagi seperti semula. Kerja keras adalah jawabannya bukan? Tapi kita malah terobsesi untuk bekerja siang dan malam hanya untuk sebuah uang. Yang malah membuat badan kita menjadi sakit dan alhasil malah ga bisa kerja kayak biasanya. Kerja boleh tapi kita harus lihat kondisi tubuh kita, mampu atau tidak. Saya bukan menggiring kalian untuk tidak bekerja dan bersantai-santai ya, tapi kita harus mikir kedepannya juga gimana untuk keluarga kita kalau kita jatuh sakit.
Manawarkan diri saat bekerja berarti kita harus siap bertanggung jawab atas pekerjaan kita. Semisal kita butuh lembur dan mengajukan diri kepada bos, kita harus siap dan bertanggung jawab, jangan sampai kita lembur tapi ga ada hasil.

Sadar

Rezeki memang sudah ada yang mengatur, tergantung diri kita mau berusaha atau tidak dalam mencari rezeki tersebut. Rezeki tidak hanya berada di satu tempat, karena bumi ini luas tapi ga tau bulat atau datar. Kurang bersyukur dan berdoa mungkin yang membuat rezeki kita tidak lancar. Atau mungkin uang yang kita dapat ada yang kotor entah itu didapat secara sengaja ataupun tidak sengaja.

Mulai Iri

Saat orang mendapatkan uang lebih dari yang kita dapatkan, kita akan cenderung iri dan mungkin juga malah ga mau kalau dia dapat lebih dari yang kita dapat. Kita iri kalau teman kita bisa membeli barang yang mereka inginkan, iri karena bisa bekerja terus jarang sakit dan yang lainnya. Padahal rezeki sudah diatur untuk setiap orang. Kalaupun teman kita dapat duit banyak, hal tersebut ga bakal buat rezeki kita berkurang ataupun bertambah. Karena ga ngaruh rezeki dia ya rezeki dia dan rezeki kita ya rezeki kita. Kenapa kita harus dengki kepada mereka. Iri sebenernya boleh tapi hanya untuk meningkatkan motivasi kita dalam bekerja supaya semangat, tapi kalau sampai dengki seperti itu yaaa gimana yaaa.
Banyak orang yang bekerja siang dan malam, niatnya untuk ditabung tapi yang namanya musibah ga ada yang tau kan, tiba-tiba keluarga ada yang sakit jadinya mau ga mau uangnya harus dipakai untuk biaya pengobatan. Uang yang seharusnya bisa beli mainan untuk anak malah habis untuk biaya perawatan motor. Kita ga tau apa yang terjadi esok hari.

Suatu masalah apabila dipikir terus maka akan semakin berat. Bukan masalahnya yang berat tapi otak kita yang berat memikirkannya.

Kita cuma bisa merencanakan sesuatu tapi tidak dengan hasilnya.

Catatan : Nulis seperti ini membuat saya belajar juga, karena tidak semua yang saya tulis saya lakukan semua. Saya juga belajar dari apa yang saya tulis untuk menjadi lebih baik.

 


Sejatinya semua orang punya masalah, bedanya mereka ada yang disimpan sendiri dan ada yang diceritakan kepada orang lain. Masalah orang pasti berbeda-beda sesuai dengan porsinya masing-masing. Mungkin ada yang menurut kita berat tapi bagi orang lain justru malah terlihat ringan, begitu juga sebaliknya.
Beda masalahnya, pasti beda juga cara mengatasinya. Ada beberapa orang justru cuek dengan masalah yang mereka hadapi, ga terlalu mikirin masalah tersebut tapi ya ga juga ngelupain gitu aja. Tapi ada juga orang yang menghadapi masalahnya dengan penuh tekanan sehingga bisa membuat dia menjadi stres.
Kadang pengen nyerah kalo lagi ada banyak masalah, apalagi masalah tersebut kita pikul sendiri, padahal masalah tersebut terjadi karena kesalahan bersama. Ada yang ga kuat dan harus berhenti ditengah jalan.
Masalah timbul kadang dikarenakan target yang kita ingin gapai tidak terlaksana. Seperti saat kita merencanakan untuk membeli sesuatu. Kita sudah menabung dari jauh-jauh hari hanya untuk membeli barang yang sudah kita incar sedari dulu. Tapi berita buruknya, uang yang sudah kita kumpulkan malah hilang dan lenyap karena diambil orang yang tidak bertanggung jawab. Rasa kesal pasti timbul karena usaha kita selama ini rasanya seperti sia-sia aja.
Banyak sebenernya masalah yang membuat kita kadang menjadi stres berkepanjangan. Masalah keluarga, ekonomi, pertemanan, hingga pendidikan. Semua pasti punya masalah tersendiri dengan tingkat yang berbeda-beda.
Saya salut sebenernya dengan orang yang bisa menyimpan masalahnya sendiri dan diselesaikan sendiri. Tapi kita ga tau kan di dalam dirinya itu sedang hancur atau bagaimana. Tapi ga ada salahnya juga saat ada masalah kita bercerita dengan yang lain karena siapa tau dari mereka ada yang memberikan kita solusi. Hal terpenting saat berbagi cerita adalah pastikan berbagi dengan orang yang kita percayai, jangan asal cerita.
Jangan jadikan masalah alasan untuk kita berhenti. Lebih baik berjalan pelan-pelan mulai dari sekarang daripada harus lari dikemudian hari.



Semakin dewasa, kita sering mengalami kegagalan yang mungkin saja membuat diri kita hancur. Bertambahnya umur berarti bertambah juga tanggung jawabnya dalam menjalani kehidupan ini. Kadang rasanya ingin menyerah saat menghadapi tantangan ini. Namun kita sadar bahwa apa yang kita cita-citakan masih jauh untuk menggapainya.


Baca juga : Menyesal


Saat mendapati masalah, seseorang biasanya frustasi yang membuatnya melampiaskan masalah tersebut kepada hal lain yang ia anggap menyenangkan. Ada seseorang yang mungkin saja minum-minuman keras yang bisa membuatnya mabuk dan melupakan masalahnya walaupun hanya sejenak. Mengonsumsi obat-obatan terlarang seperti sabu dan sebagainya. Ada juga yang sengaja memanjangkan rambut, karena menurut dia hal tersebut bisa membuat hati senang dan melupakan masalah yang sedang ia hadapi. Merokok, kegiatan merokok dipercaya bisa membuat pikiran kita tenang dan nyaman walaupun kelihatannya hanya sebal-sebul aja.


Pelampiasan di atas mungkin ada benarnya untuk menghilangkan stres yang kita hadapi. Namun kadang hal tersebut sering tidak kita sadari malah merusak diri kita maupun orang lain. Tapi mau bagaimana lagi kalau hal tersebut sudah mendarah daging dalam tubuh kita? Jawabannya ya berhenti. Saya tidak menyuruh untuk berhenti semua ya, sebenernya kita bisa milih mana yang baik ataupun yang buruk bagi diri kita. Tapi saya kadang ga bisa milih malah tetap melakukan kesalahan yang sama.


Stres yang kita alami kadang membuat diri ingin berbuat jahat. Tapi yang namanya takdir, kalo ga berpihak sama kita ya ga bakal. Walaupun kita sudah merancang rencana untuk berbuat jahat, tapi kalau Allah ga menyetujui ya ga bakal terjadi. Mungkin itu tandanya Allah masih sayang dengan kita, dengan cara kita tidak melakukan kejahatan.


Mungkin kita sadar setelah itu, atau mungkin juga ga sadar ya, karna yang namanya iman manusia itu naik turun. Beruntung bagi yang sadar karena ia langsung bergegas untuk meminta ampun. Memang benar, cara terbaik untuk menghilangkan stres kita adalah mendekatkan diri bukan malah semakin menjauhkan diri kepada Allah.


Kalau kita bingung saat mendapati masalah, kadang kita akan meminta bantuan teman untuk memberikan solusi. Solusi yang diberikan teman sebenernya udah bagus, cuma kitanya aja yang memang bebel ga mau masuk ke otak solusi yang telah teman kita sampaikan kepada kita. Saat kita stres ga baik kita pendam sendiri, tapi ga baik juga kalau sampai semua orang tau.


Sadar adalah kunci utama untuk bebas dadi masalah ini. Kegagalan kita selama ini bukan berarti kita benar-benar gagal, namun ada hikmah yang bisa kita ambil. Mungkin Allah menyelamatkan kita, atau mungkin juga bisa kita ambil pelajarannya agar ga melakukan kesalahan yang sama. Semua yang kita lakukan pasti ada hikmahnya.


Rasa ingin menyerah, tapi apa susahnya untuk menjalani seperti biasanya. Hari-hari bukannya bertambah baik malah bertambah buruk, ahh dasar aku.


Terima kasih hari ini.


Sesuatu yang kita takutkan adalah perpisahan. Namun tidak semua jenis perpisahan kita takutkan, seperti berpisah dengan masalah tentu kita malah senang kan? Tapi kalau berpisah dengan teman yang sudah lama dengan kita, rasanya kayak ada sakit-sakitnya gimana gitu.


Sebelumnya saya pernah menulis tentang Ternyata Lebih Buruk Kehilangan Teman, tulisan tersebut mengisahkan saya yang kehilangan banyak teman karena pengurangan pekerja. Dan mungkin sebentar lagi saya akan kehilangan teman, karena mulai memasuki libur lebaran. Kebanyakan pulang ke rumah masing-masing untuk merayakan hari besar. Saya harap setelah lebaran kami semua masih bisa berkumpul seperti biasanya lagi tanpa harus ada yang berkurang.


Kalau dipikir lagi, sayang rasanya harus kehilangan teman yang awalnya ga kenal atau ga akrab tiba-tiba pergi untuk mencari tempat lain. Ya sebenernya ga salah tapi kaya ada yang kosong aja ya kan, yang biasanya sama-sama tiba-tiba sendirian. Harapannya bisa terus bareng-bareng nantinya sampai pindah kerja lain tetap sama-sama.


Menghabiskan waktu bersama sebelum berpisah adalah tindakan yang tepat. Saya dan teman-teman berkumpul sekedar bermain gitar dan bernyanyi, walaupun suaranya serak-serak berdahak gimana gitu. Kebersamaan yang paling penting, karena sebenarnya kita butuh cerita bukan butuh yang lainnya. Kita butuh cerita untuk bisa kita ceritakan kembali di masa yang akan datang.



Sekolah adalah masa dimana seharusnya kita menikmati waktu bersama teman-teman. Terkhusus masa Aliyah atau SMA yang dimana itu adalah masa-masa akhir sekolah kemudian dilanjutkan dengan perpisahan. Sangat rugi sebenernya kalo kita ga manfaatin waktu tersebut dengan bijak. Nilai dalam sekolah memang penting, tapi kita kadang lupa bahwa cerita juga penting saat kita bersekolah.

Baca juga: Hari Bahagia

3 tahun saya di Aliyah, namun saya masih merasa rugi dalam memanfaatkan waktu, terutama dengan teman. Saya mungkin sudah kehilangan akal saat Aliyah sehingga melupakan teman begitu saja demi sesuatu yang sekarang sepertinya tidak berguna bagi saya. Walaupun begitu saya sadar waktu tidak bisa diulang.

Saya heran, kenapa saya baru sadar bahwa teman adalah segalanya saat ini. Melebihi pekerjaan, keluarga, pacar, bahkan mungkin juga uang. Saya benar-benar merasa bersalah tidak banyak menghabiskan waktu dengan teman.

Ajakan ngumpul ataupun foto bersama sering saya tolak dan bodohnya lagi saya harus membuat alasan yang ga jelas supaya ga ikut ajakan teman. Miris mendengarnya, saya pun baru sadar ternyata selama ini saya benar-benar membuat kesalahan yang besar. Padahal semua itu bisa dijadikan kenangan atau cerita saat lulus sekolah.

Saya punya cerita yang membuat saya merasa bersalah selama 3 tahun Aliyah. Saat saya lagi ngumpul dengan ketua kelas, kami iseng-iseng membuka grub messenger kelas. Di situ saya melihat banyak kenangan kelas berupa foto maupun video. Saya jadi teringat kembali saat saya masih duduk di bangku sekolah. Canda, tawa, maupun kesedihan campur aduk di kelas kami. Mulai dari perpecahan sampai penghianatan sebenernya sudah kami rasakan saat Aliyah, itung-itung buat latihan kalo udah lulus.

Saya melihat kenangan foto yang menunjukkan saya terlalu membatasi diri dengan teman. Aneh mendengarnya tapi itu yang terjadi. Padahal semua adalah teman tapi kenapa saya malah membatasi diri.

Kalau di kelas, saya kadang menjauh dari perkumpulan teman-teman, dan parahnya lagi saya malah ga ada ngobrol dengan teman sampai bertahun-tahun, jangankan ngobrol, ngomong aja ga pernah. Parah si ya kalo kayak gini, mungkin saya udah ga sehat waktu itu ya. Selalu menghindar kalo ngumpul, alasan ke WC lah atau kemana lah untuk menghindari teman.

Sampai ada yang baru buka suara kepada saya selama bertahun-tahun. Ada yang bilang saya bersikap beda kepada teman-teman. Yaaa saya sadar dan lagi-lagi merasa bersalah selama ini.

Sadar dan minta maaf kepada teman adalah cara yang tepat untuk memperbaiki ini semua. Mulai menyambung silaturahmi lagi dan yang lebih penting saya sebisa mungkin menyempatkan waktu berkumpul dengan taman, ya itung-itung buat bayar kesalahan saya dulu yang ga mau ngumpul. Walaupun semua ga bisa kebayar gitu aja ya tapi seenggaknya ada lah yang bisa saya lakukan untuk memperbaiki kesalahan saya.

Saya terlalu mementingkan orang lain sehingga melupakan teman yang sebenernya jauh lebih penting.


Emosi sudah melekat dalam diri kita. Emosi itu tidak melulu tentang marah, namun bisa juga senang, sedih, galau, bahkan juga bisa... Walaupun ga semua bisa dikatakan sebagai emosi.


Baca juga : MENANTI MALAM - Sintang #9


Sore hari saya sedang melakukan perjalanan, di sepanjang perjalanan saya mendapati banyak raut wajah yang tergambar pada sore hari. Ada yang sepertinya lelah, ada juga yang gembira, dan ada yang sedih. Saya yang melihat itu semua jadi ikut merasakan dan membuat perasaan saya berubah-ubah.


Saat saya melihat ekspresi lelah, saya juga merasakan lelah yang ia rasakan dan rasanya sampai menusuk ke tulang belulang ini. Tapi setelah saya melewati orang tersebut dan lanjut ke perjalanan berikutnya, saya melihat wajah gembira yang terlukis indah di waktu sore tadi. Saya jadi berpikir, hmm ternyata hidup tidak seberat yang dibayangkan. Saya senang masih ada yang bisa tertawa lepas walaupun mungkin di sekelilingnya merasa acuh. Namun saat saya melihat wajah kesedihan, saya kembali lagi tidak bahagia karena melihat wajah kesedihan.


Sore hari mungkin adalah waktu yang tepat untuk saya menikmati hari. Ada tawa, senyum, sedih, riang, gembira, kekalahan, penyesalan dan lainnya bersatu dalam sore hari. Mungkin tidak semua bisa merasakan. Semua orang memiliki waktu tersendiri, ada yang cocok ketika pagi, ada juga yang malam, dan ada juga yang sore hari.


Sore yang mungkin sangat membekas adalah kesepian. Tidak seperti biasanya yang mungkin ramai orangnya atau kendaraan atau mungkin ramai debu, namun kali ini sepi tak seperti biasanya. Semoga terbiasa...


Saat masih kecil kita sering berucap untuk mengejar semua apa yang kita inginkan dengan sungguh-sungguh dan menggapai setinggi-tingginya. Semua usaha yang kita lakukan sangat terasa melelahkan dan mungkin bisa membuat kita hampir menyerah karena kesalahan kita sendiri. Kadang kita juga dihadapkan dengan persaingan yang seharusnya ga perlu dilakukan oleh kita.


Dalam menggapai cita-cita contohnya, kita pasti sudah diajarkan untuk menggapai mimpi setinggi-tingginya atau mungkin ada ucapan yaitu "belajarlah sampai ke negeri Cina"


Persaingan dalam mendapatkan juara satu bisa dibilang salah satu penyebab kita menjadi ingin lebih tinggi daripada sebelumnya. Semua itu tidak salah, yang salah itu diri sendiri yang terlalu memaksakan apa yang seharusnya tidak kita lakukan. Ini sebenernya ga ngomongin tentang perebutan juara tadi ya.


Baca juga : Terlalu Cepat Menjadi Dewasa


Ga semua harus kita kejar terus atau harus kita dapatkan secara mati-matian. Semakin dewasa, semakin sadar bahwa yang bukan milik kita tidak sepatutnya kita ambil paksa begitu saja. Sangat disayangkan sebenarnya hal yang kita damba-dambakan atau yang kita inginkan tidak bisa kita gapai dan malah diambil oleh orang lain yang memang sudah menjadi haknya.


Untuk sekarang saya tidak terlalu berharap terlalu tinggi tentang perasaan saya. Saya takut kalau terlalu tinggi nantinya malah jatuh, tertimpa tangga, kendelem, dan akhirnya malah terpendam. Rasa khawatir pada diri saya ini sebenarnya salah atau tidak ya? Saya juga ga tau ya. Ya saya memang takut apa yang saya bayangkan tidak sesuai dengan apa yang terjadi nanti. Saya takut juga nantinya malah ada perpecahan didepan mata saya sendiri yang membuat terpotongnya tali yang seharusnya tetap terhubung walaupun tidak terik.


"utamakan pikiran daripada perasaan"


Kita ga sadar bahwa semakin berjalannya waktu maka umur kita akan bertambah. Asiknya dunia kadang membuat kita acuh terhadap umur. Umur yang semakin bertambah namun kelakuan masih seperti itu saja, bahkan mungkin saja malah lebih buruk. Semakin bertambahnya umur seharusnya kita harus lebih bijak dalam mengambil keputusan, ga asal comot sini dan sana, harus bisa memilih mana yang baik dan mana yang kurang baik.


Baca juga : Udah Gede


Tahun ini bisa dibilang banyak yang berhasil menggapai impiannya diumur mereka masing-masing. Umur memang bukan menjadi patokan utama dalam kehidupan tapi umur memang penting dalam kehidupan ini. Di umur segini, ada yang berhasil dalam membangun bisnisnya, ada juga yang berhasil menempuh hidup baru bersama pasangan, mendapatkan pekerjaan baru, dipecat dari pekerjaan, gagal dalam berumah tangga, krisis keuangan dan masih banyak lagi yang lainnya.


Banyak yang ingin kembali lagi ke masa sekolah karena mereka belum siap menghadapi kenyataan. Banyak tugas berat yang menanti di umur yang dewasa ini. Kalo dulu waktu sekolah mungkin beban terberat hanyalah PR dan tugas-tugas sekolah namun sekarang ini kita dituntut untuk menjalankan tugas yang sesungguhnya.


Dulu saat masih kecil, ulang tahun adalah waktu yang ditunggu karena bertambahnya usia dan mendapatkan hadiah dari teman. Namun sekarang kita kadang tidak siap saat diri kita sudah melangkah ke usia selanjutnya. Tanggung jawab semakin besar, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.


Di umur sekarang ini seharusnya saya mempunyai rencana besar namun semua sudah pupus. Ternyata semua yang kita rencanakan belum tentu berhasil ya walaupun hal tersebut sudah dipersiapkan dengan matang. Untuk sekarang tidak ada yang perlu saya pikirkan terlalu berat. Saat saya berpikir terlalu berat maka kepala malah jadi pusing.


Hal terpenting dan sering kita lupakan adalah saat umur kita bertambah, umur orangtua kita juga akan bertambah.

"Sedikit curhatan tentang bertambahnya usia. Ternyata menjadi dewasa itu tidak menyenangkan."


Kalo ngomongin HP, dulu ga bisa lepas kemana-mana selalu bawa. Ke kamar, WC, sekolah, rumah temen, tempat makan, dan tempat-tempat yang lainnya. Bisa dibilang HP adalah benda yang ga bisa lepas dari hidup kita (yaa hidup saya sendiri kayaknya bukan hidup kita).

Baca juga : Kejebak Hujan

Sekarang bingung malahan kalo megang HP itu buat apa. Mungkin cuma scroll sosial media habis itu tutup HP lagi, gitu aja terus sampe batre habis kali ya? Hmm jadi fungsi HP itu untuk apa sebenernya kalo ga digunain secara maksimal.

Tapi ada benernya juga saya jarang megang HP karena bingung mau ngapain. Palingan untuk nengok jam atau sekedar mendengarkan musik. Selebihnya ga perlu ditanya lagi.

Saat kumpul dengan temen kadang saya malah lupa kalau saya bawa HP, mungkin karena saya sudah asik ngobrol dengan temen kita (lahhh kita lagi malahan, maksudnya temen saya). Melupakan HP dan fokus untuk ngobrol itu malah seru ya karena ga sibuk karena pikiran di bagi dua antara HP dan ngobrol.

Mungkin ini kehidupan yang saya cari selama ini ya. Bisa tenang tanpa gangguan dari notif HP. Yaaa bisa tenang tapi kadang pengen HP ini rame, bisa rame tapi pesan dari Indosat.

Kalo ada yang bilang "ngapa ga main game?" Gimana ya jawabnya? Sebenernya saya kadang juga main game tapi saya cepet bosen orangnya jadinya baru sebentar main langsung hapus. Ga ada game yang mencerminkan aku banget (wkwk malah pake aku).

Semua itu cuma butuh dinikmati aja kayaknya ya, ga perlu diambil pusing.
tulisan khoir

pixabay

Sabtu sore tanggal 5 Februari, saya pulang ke Rasau Jaya. Seharusnya saya pulang ke rumah itu dua minggu sekali setelah menerima gaji. Tapi karena saya disuruh pulang oleh mamak, saya memutuskan untuk pulang. Mamak menyuruh saya pulang karena ada acara keluarga di rumah. Ya ga papa lah ga ada ruginya kita pulang juga, selagi masih bisa bertemu dengan orang tua ya temui saja. Alhamdulillah saya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu jauh dari rumah. Tidak seperti yang dulu-dulu yang harus pergi sampai ke luar kota.


Baca juga : Makhluk Bumi Kurang Bersyukur


Saat saya pulang ke rumah, saya mendapatkan pelajaran lagi dari bapak. Ceritanya bapak diberi barang oleh seseorang, dan barang tersebut kalo boleh dibilang cukup mahal. Saat bapak menunjukkan barang tersebut kepada saya, saya langsung mencarinya di situs resminya yang ada di internet. Kalau menurut situs resminya, barang tersebut memang termasuk barang mahal dan berkualitas.


Bapak sempat berpikir bahwa apa yang selama ini bapak lakukan sehingga bisa mendapatkan barang yang seperti itu. Padahal bapak bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa, kenapa bisa mendapatkan keberuntungan yang seperti ini.  Kurang lebih gitu lah ya.


Ga lama kemudian, bapak langsung bilang jangan remehkan perbuatan kecil yang kita lakukan, karena Allah pasti melihat apa yang sedang kita lakukan. Saya mulai berpikir juga, hmm bener juga ya selama ini mungkin kita sering melupakan atau ga merduliin perbuatan baik. Dan kita malah mengabaikan sampe ga mau ngelakuin hal baik walaupun yang dikerjakan itu adalah perbuatan yang ringan. Kita selalu fokus terhadap hal yang besar sehingga melupakan hal-hal kecil yang sebenernya kita butuhkan.


Semua perbuatan kita akan mendapatkan balasan, baik itu perbuatan besar ataupun perbuatan kecil yang mungkin dianggap oleh sebagian orang adalah perbuatan yang sepele.


Kata-kata bapak membuat mood hidup semakin bertambah.

bumi


Makhluk bumi adalah kita yang hidup di bumi ini, kadang atau mungkin juga sering tidak bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki atau kita dapatkan. Kalo ngomongin kurang bersyukur, lagi-lagi balik ke masalah pekerjaan. Hari-hari kerja, jadinya banyak cerita tentang pekerjaan. Walaupun banyak tapi ga bisa dijadiin tulisan semua ya, yaaa ini pun layak jadi tulisan apa ga ya ga tau juga.


Baca juga : Ngomongin Masa Depan


Dalam pekerjaan kita suka membanding-bandingkan pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lainnya. Adanya iri dan dengki antara satu dengan yang lainnya. Itu wajar-wajar kurang ajar atau wajar-wajar aja si? Ga tau juga lah ya mana yang bener.


Gaji biasanya menjadi permasalahan saat bekerja. Mulai gaji yang kurang, kecil, atau mungkin juga kegedean (yaahhh kalo yang kegedean pasti ga protes malah diam-diam aja). Kita kurang bersyukur sudah mendapatkan pekerjaan, dibandingkan mereka yang di sana yang masih banyak menganggur dan ga tau harus ngapain. Sebenernya gampang kalo ga sesuai ya keluar kan? Tapi pasti mikir kalau keluar di sini mau kemana lagi. Boleh-boleh aja keluar tapi seharusnya kita sudah memiliki rencana kedepannya mau gimana. Ngeluh ke diri sendiri sebenernya ga masalah, yang jadi masalah itu ngajak-ngajak temen yang awalnya ga mau jadi malah terpancing.


Makan juga menjadi masalah saat bekerja. Mereka sering mengeluh karena masakan yang disajikan kurang enak atau apalah itu. Jadi ga semangat bekerja dan malah makan di tempat lain yang harus mengeluarkan duit dari kocek pribadi. Padahal kalo dipikir di rumah belum tentu mereka makanannya enak-enak kan?


Bapak pernah bilang kalo kerja udah terbiasa berat, nanti kalau suatu saat dapat kerjaan yang berat, kita udah ga kaget lagi karena udah terbiasa. Yaa kalo orang-orang ngomong pada ngeluh atau gimana, sebenernya saya agak ketawa dalam hati karena yang mereka ceritakan belum ada apa-apanya penderitaannya ketimbang yang pernah saya alami. Saya bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik daripada sebelumnya.


Omongan bapak harus kita dengar apalagi kalo masalah pekerjaan, karena bapak udah terbiasa bekerja jadinya tau mana yang baik ataupun yang kurang baik. Pengalaman bapak bisa diterapkan sekarang dan membuat saya jadi lebih bersyukur dengan apa yang saya lakukan. Ngeluh boleh tapi tetep dijalani.


Saya jadi mikir, kayaknya saya pernah nulis tulisan kayak gini.

tulisan khoir


Dewasa ini kita dihadapkan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Kita tau bahwa hidup yang sebenarnya adalah sekarang ini yang kita jalani. Keluh kesah, sedih, ragu, resah, dan rasa khawatir yang lainnya yang kadang membuat kita sadar bahwa dewasa memang ga indah-indah banget untuk dijalani.


Baca juga: Ternyata Lebih Buruk Kehilangan Teman


Khawatir akan pekerjaan yang sedang kita jalani, kita cemas apakah pekerjaan ini bisa terus berlanjut untuk kedepannya. Begitu juga yang sedang berkuliah, khawatir apakah bisa setelah lulus nanti bisa langsung mendapatkan pekerjaan.


Ternyata ga cuma tentang pekerjaan yang membuat kita ragu untuk menjalani hidup ini kedepannya. Orang yang sudah menikah kadang bingung nanti kalau ga kerja harus bagaimana. Ga mungkin seorang yang sudah menikah selalu merepotkan kedua orangtuanya. Mungkin itu yang masih menjadi dilema bagi sebagian orang.


Dari semua itu mungkin ada benarnya, tapi mungkin kita terlalu berlebihan memikirkan hal yang belum terjadi pada diri kita. Sekarang kita malah fokus dengan yang belum ada dan malah cuek dengan kondisi yang sudah ada di depan mata kita.


Tapi ga ada salahnya juga kan kita mikirin hal yang kaya gitu, hmm jadi serba salah. Jawaban yang paling tepat untuk kondisi ini yaaa.... Jalani aja.

tulisan khoir


Makin hari kita dihadapkan dengan yang namanya kehilangan, baik itu kehilangan anggota keluarga, teman, sahabat, pasangan, atau mungkin juga pekerjaan. Saat kita kehilangan sesuatu yang kita cintai atau yang kita sukai, pasti ada rasa ga rela untuk melepaskannya. Tapi kehilangan tersebut bukan berarti akan hilang selamanya dari diri kita, mungkin bisa jadi kita mendapatkan yang lebih baik dari apa yang kita inginkan.


Baca juga : Keluarga yang Sukses


Kehilangan teman menjadi pembahasan pada tulisan kali ini. Hmm, kita mendapatkan teman bisa datang dari pintu mana saja, seperti mendapatkan teman saat bersekolah, majelis, kegiatan sekolah, olahraga, pekerjaan, dunia maya dan masih banyak lagi yang lainnya. Tapi dari sekian banyak teman yang kita dapatkan, pasti ada yang benar-benar menjadi teman tapi ada juga yang hanya sekedar teman.


Awal sebelum mengenal satu sama lain mungkin masih asing bagi kita tentunya. Tapi lama kelamaan orang asing tersebut bisa akrab dengan kita dan malah menjadi teman di kemudian hari. Entah apa yang membuat satu sama lain bisa memiliki ketertarikan untuk berteman. Mungkin saja karena satu frekuensi, atau juga bisa karena berawal dari tidak suka malah menjadi suka. Menjadi teman hanya tinggal menunggu waktu agar bisa saling kenal dan akhirnya malah berpisah.


Kata "teman" yang sudah dibangun begitu sulitnya bisa saja hancur ataupun berantakan dikarenakan beberapa faktor. Perpisahan karena lulus sekolah pasti sudah menjadi hal yang biasa untuk kita. Tapi kali ini kita bahas tentang perpisahan teman karena pekerjaan.


Sedikit cerita, saya sudah hampir 3 bulan bekerja di sini (masih di daerah Kubu Raya). Hari demi hari teman silih berganti, ada yang masuk ada juga yang keluar. Sebenarnya hal ini pernah saya alami saat saya masih bekerja di Sintang dulu. Tapi untuk saat ini benar-benar sedikit karena banyak yang dipulangkan. Saya bersyukur karena saya tidak masuk bagian yang dipulangkan, tapi sebenarnya saya agak kasihan dengan teman-teman yang dipulangkan.


Walaupun saya tidak akrab dengan semua orang yang ada di sini, tapi kebersamaan kami tiba-tiba lenyap begitu saja. Yang awalnya makan siang ramai-ramai, sekarang malah sedikit dan terasa sepi. Ya mau bagaimana lagi ini semua sudah menjadi kebijakan.


Kalau ada pilihan untuk memilih lebih baik kehilangan pekerjaan atau kehilangan teman, kalian lebih memilih untuk kehilangan yang mana? Hmm, ada teman saya yang bekerja di sini pernah bilang, "lebih baik kehilangan pekerjaan dibandingkan kehilangan teman". Saya setuju akan hal itu karena yang namanya pekerjaan mungkin saja tidak abadi, tapi namanya pertemanan abadi sampai seterusnya. Walaupun dipisahkan pulau, negara, dan dipisahkan karena pekerjaan, suatu saat nanti mungkin saja bisa bertemu kembali.


Beradaptasi dengan teman yang baru memang membutuhkan waktu. Tapi takutnya malah hancur lagi kedepannya dan harus memulai berteman dengan orang yang baru lagi. Sebenarnya ga papa karena kita bisa memiliki banyak teman dengan berbagai karekter yang mereka miliki.


Ternyata kehilangan teman itu lebih buruk dari pada kehilangan...?


Sekarang udah tahun 2022, ga kerasa ya makin hari kayaknya makin cepet aja. Perasaan baru kemaren tidur eh udah ganti tahun aja ni. Walaupun udah di pertengahan bulan 1, saya baru bisa nulis sekarang. Yaa banyak alasan kenapa baru bisa nulis sekarang. Selain sibuk, saya juga mikir siapa juga yang mau baca tulisan saya?😅.


Tahun baru ga semua harus baru juga kan. Kalo dipikir-pikir lagi, saya sendiri ga ada yang berubah kayaknya ya. Ga ada yang baru, mulai dari pakaian, makanan sehari-hari, pekerjaan, ataupun yang lainnya saya ga ada yang baru. Masih menjalani kehidupan seperti makhluk bumi pada umumnya.

Tapi di tahun baru ini seharusnya kita harus memiliki target untuk menjadi lebih baik dari pada tahun sebelumnya. Misalnya seperti memikirkan masa depan kita selanjutnya. Kayak suksesnya karir kita, atau mungkin kita berhasil nabung untuk beli barang yang udah kita damba-dambakan sebelumnya.

Nah ngomongin kesuksesan, semua orang bisa sukses tapi caranya beda-beda si ya dan hasilnya pun pasti ga akan sama rata setiap orangnya. Ga mungkin kan setiap orang akan jadi bos semua? Atau ga mungkin juga kan semua orang bakal jadi pekerja? Contoh lainnya ada penjual dan ada pembeli, ga mungkin semua orang jadi salah satunya aja.

Kita ngomongin sukses ini diperuncing lagi ya di kehidupan keluarga. Kalo ngomongin sukses di lingkungan teman sekolah udah biasa ya. Ada yang mungkin sukses dengan bisnisnya, ada yang cita-citanya tercapai menjadi anggota TNI/POLRI, mungkin ada juga yang sukses karena sudah melangsungkan pernikahan. Semua punya kesuksesan masing-masing yang ga semua kita tau.

Kalo keluarga sendiri, pasti ada lah yang sukses juga kan tergantung dengan bidang yang ia geluti. Tapi kadang saya suka heran sama orang yang membanding-bandingkan kesuksesan antara orang yang satu dengan orang yang lain. Misalnya aja ni ya bapaknya seorang guru eh tapi anaknya kok ga jadi guru juga? Orang-orang yang banyak komen pasti langsung tu ngomongin anak itu kenapa ga jadi guru kayak bapaknya. Yaa kan mereka punya jalan ninja masing-masing, jadi seharusnya kita ga perlu ngurusin kesuksesan orang lain.

Suka heran juga sama orang yang bandingin keluarga yang anaknya sukses tapi anak yang lain kurang sukses. Aneh juga ya kalo dipikir, kan jalur sukses itu ga pilih-pilih orangnya. Masa yang sukses cuma keluarga ini aja yang lain ga boleh sukses kan?

Banyak contoh sebenernya kalo ngomongin sukses kayak gini. Bayangkan aja yang kuliah dengan berbagai macam jurusan yang mereka pilih, setelah lulus mereka belum tentu bekerja dengan tujuan awal yang mereka pilih. Pun ada juga yang ikut pelatihan ini itu tapi akhir-akhirnya malah ga ngapa-ngapain. Tapi dari sekian banyak makhluk bumi yang seperti itu, pasti ada kan yang lulus dan bekerja sesuai dengan jurusan yang mereka ambil? Jadi ga usah nyalahin yang gagal dan malah ngelupain yang berhasil. Kita lebih seneng ngomongin orang yang gagal ketimbang orang yang berhasil. Orang yang kuliah, kursus, pelatihan, ataupun yang lainnya banyak juga kok yang berhasil, tapi kita lupa karena sering ngomongin yang gagal.

Kalo ada keluarga yang sukses sebenernya kita harus bangga bukannya malah iri ataupun dengki. Iri boleh tapi yang memotivasi bukan yang menjatuhkan lo ya. Masa ga boleh salah satu dari keluarga kita ada yang sukses, ya kali semua harus jadi kayak kita. Kalo keluarga isinya sama semua ya bosen jadinya ya kan?

Sama kayak saya masih di sekolah dulu, saya punya prinsip kalo di kelas harus ada yang lebih pinter dari saya karena kalo ada yang saya ga tau bisa tanya ke dia. Kalo kita udah pinter sendiri nanti mau tanya sama siapa lagi? Semua diciptakan beragam itu biar ada bedanya. Kalo semua jadi orang sukses, lah yang bener-bener sukses siapa nanti?

Yang aneh lagi itu biasanya tetangga ataupun orang yang kalo ngomongin orang harus begini harus begitu, mereka juga ngebandingin keluarga yang satu dengan keluarga yang lain, ngomongin anak orang yang sukses sama yang tidak. Tapi mereka lupa sama diri mereka sendiri, mereka udah sukses apa belum? Kenapa malah ngurusin idup orang lain yang ga buat mereka jadi sukses. Sedangkan orang yang sukses itu untuk dirinya sendiri sama keluarganya bukan untuk tetangga mereka kan?