Bulan ini, bulan yang penuh kejutan. Berbagai peristiwa banyak saya alami mulai dari yang lucu sampai yang menyedihkan. Padahal di bulan ini sejatinya kita harus bahagia karena bulan ini bertepatan dengan bulan puasa. Tapi ternyata semua sudah berlalu dan esok kita akan menyambut lebaran tanda berakhirnya perjuangan kita selama puasa kali ini. Walaupun masih banyak perjuangan lain yang harus kita hadapi lagi.


Ngomongin Takjil


Makanan yang biasanya hadir di bulan puasa ini memang bisa menggugah selera apalagi kita yang sedang menjalankan ibadah puasa. Tapi tidak hanya untuk kita yang sedang menjalankan ibadah puasa saja, melainkan orang-orang di luar puasa juga ikut senang saat berburu takjil.


Baca juga: Untuk Pertama Kalinya Benci Dingin


Ada sedikit cerita tentang takjil. Saat masih awal puasa, saya pergi ke pasar untuk membeli barang. Saya melewati pasar dan tiba-tiba macet dan terpaksa harus antri. Posisi saya sedang menggunakan motor di jalan raya. Saya kira ada apa ternyata sedang pembagian takjil gratis yang dibagikan di depan kantor camat. Di lain kesempatan saat saya pulang dari kerja, saya dari jauh sudah melihat orang sedang membagikan takjil. Tapi saat saya sudah mendekat ternyata sudah habis dan habisnya itu pas di saya.


Saya jadi berpikir tentang dua kejadian di atas. Sesuatu yang tidak kita kejar terkadang akan datang dengan sendirinya tapi sesuatu yang terlalu kita kejar maka sesuatu tersebut malah makin menjauh dari kita. Ini entah benar atau tidak saya juga tidak bisa memastikannya.


Pekerjaan


Bekerja di bulan puasa memang ada tantangan tersendiri. Selain cuaca yang panas yang menyebabkan kita menjadi lemah, kita juga dihadapkan dengan teman yang tidak berpuasa. Yaa ga ada salahnya juga, toh kita juga ga bisa maksa mereka untuk berpuasa. Tapi melihat orang-orang minum es membuat pikiran kemana-mana wkwk. Padahal kalau udah niat jangankan es satu gelas, satu gentong aja juga ga bakalan ngaruh. Tapi ga bisa bohong yang namanya puasa pasti haus.


Masa Depan


Di sela-sela kegiatan bekerja, saya biasanya ngobrol dengan teman saya. Random aja sebenarnya kadang ga jelas juga yang dibahas yang penting untuk menghilangkan stres aja. Tapi ada saatnya serius tentang obrolan masa depan. Khawatir tentang masa depan yang ga pasti membuat kita kadang berpikiran buntu padahal ga boleh ya sebenarnya berpikiran seperti itu.


Pernah ngobrol ngomongin nikah. Yaa laki-laki mana yang ga mau nikah? (mungkin ada juga ya yang ga mau nikah) Ada yang berpikiran harus segera menikah karena memang sudah waktunya mau kapan lagi kalau bukan sekarang, ada yang bilang menikah sebelum umur 30 tahun, ada lagi yang bilang kalau menikah harus udah punya segalanya dulu baru menikah. Semua punya alasan untuk menikah bagi mereka yang ingin menikah.


Teman saya mematahkan semua pendapat di atas. Dia bilang "emang nyampe nikah?" Kalimat ini mungkin singkat namun bermakna dalam. Saat kita bingung dan sibuk memikirkan pernikahan, kita malah lupa tentang kematian kita yang sudah pasti. Nikah itu hal yang belum pasti dan masa depan yang pasti hanyalah kematian. Agak kaget juga awal dengar tapi kalau dipikir-pikir betul juga.


Bukan jadi alasan buat kita untuk tidak menikah tapi alangkah baiknya kita juga ingat diri kita sudah menginjak dewasa dan mesti banyak yang harus diperbaiki apalagi tentang akhirat. Mungkin itu maksud dari ucapan teman saya.


Ya bulan ini ga cuma kegembiraan yang saya dapat, kesedihan juga saya rasakan. Tapi kembali lagi kepada tulisan sebelum-sebelumnya mengenai kesedihan. Hidup memang harus ada kesedihan atau bisa dikatakan harus ada yang hancur supaya hidup kita ada warnanya.


Kalau kita tidak bisa memberi warna untuk hidup kita, mungkin kita masih bisa memberi warna di kehidupan orang lain.


Catatan:

Seingat saya tulisan ini saya tulis pada malam takbir dan ga sempat untuk posting karena kecapean. Dan akhirnya baru bisa posting sekarang saat lebaran.