tulisan khoir


Menilai seseorang hanya dengan sekali pertemuan itu sebenernya salah atau ga si ya? Hmm, jadi bingung. Bertemu dengan orang baru mungkin bisa jadi kabar baik dan mungkin saja bisa menjadi kabar buruk. Kalau bicara baiknya tentu kita bisa menambah teman dalam hidup kita, ya walaupun teman yang sesungguhnya itu... Kalau ngomongin buruknya sebenernya banyak, sangking banyaknya kita sampe ga tau nyebutinnya. Bentar-bentar kenapa harus ngajak-ngajak kita?


Menilai Seseorang dari Omongan Orang Lain


Banyak diantara kita yang pernah menilai seseorang hanya bermodal dari omongan orang lain. Yang sebenernya orang lain tersebut belum tentu bener nyampein apa yang mereka omongin. Kita yang udah kebawa emosi dan merasa cocok dengan prasangka kita, menjadi semakin yakin bahwa orang itu memang "begitu".


Baca juga: Salah Menilai


Hasutan orang lain itu memang ampuh untuk menggoyahkan kita dalam berpikiran positip. Ga tau apa motif si orang ini nyampein hal tersebut kepada kita.


Walaupun yang diomongin si orang tadi itu bener, kita ga boleh langsung telan mentah-mentah omongannya (seharusnya tapi). Saya sendiri pernah soalnya ngalamin hal ini, yaa udah sekitar lima tahunan mungkin. Saya percaya aja kan apa yang diomongkan orang lain kepada saya. Tapi setelah beberapa tahun setelahnya saya tersadarkan oleh orang yang menjadi korban dari omongan orang tersebut (wkwk bingung ga si bacanya?). Intinya saya mendengarkan langsung dari orangnya, dan ternyata kejadian yang lima tahun lalu itu tidak seperti apa yang diceritakan kepada saya.


Pikiran Sendiri


Namanya makhluk bumi, bisa aja kan berubah-ubah. Kadang bisa A kadang juga bisa B, yaa tergantung contekan. Kita sering berpikiran buruk kepada teman kita. Ettt kita ganti kata "kita" menjadi "saya" aja ya. Saya ini sebenernya mau ngomongin diri sendiri tapi kok malah ngajak-ngajak jadi kita. Ote-ote, saya sering berpikiran buruk kepada teman saya. Yang saya lakukan memang salah, tapi ada benernya juga si ya saya ngelakuin itu. Saya berpikiran yang paling buruk dulu, jadi apabila sewaktu-waktu terjadi maka saya tidak akan kaget lagi. Contonya itu seperti saat kita membeli HP baru, kita berpikiran terburuk dulu seperti HP ini akan rusak sewaktu-waktu, jadi kita ga bakal kaget kalau HP ini akan rusak nantinya.


Tapi tetep aja ga baik si ya menilai seseorang hanya dengan pemikiran kita sendiri. Bisa-bisa kita malu nantinya kalau kita tau fakta yang sebenarnya itu seperti apa.


Menilai seseorang itu boleh aja sebenernya. Yang ga boleh itu membandingkan seseorang. Yahh semua makhluk bumi memiliki kelebihan masing-masing, begitu juga makhluk mars.


Semua Orang Punya Sisi Baik


Sedikit cerita, saya pernah mendengar orang-orang membicarakan teman saya yang mereka anggap dia itu tidak baik (bukan jahat ya tapi tidak baik). Hmm saya awalnya terpancing dengan omongan mereka. Tapi lama-lama saya berpikir bahwa orang yang mereka omongkan itu ga separah yang mereka omongkan. Saya melihat dari sikap sehari-harinya sangat baik, apalagi dengan teman. Saya ga perduli dibalik itu semua dia tidak baik atau gimana. Yang terpenting, yang saya lihat tidak seperti yang mereka bicarakan.


Ga ada salahnya makan bubur itu diaduk.

punya bapak hebat


Bapak adalah tulang punggung keluarga. Tanggung jawab seorang bapak memang terbilang besar. Selain menanggung beban sendiri, ia juga harus menanggung beban keluarga.


Bapak memang hebat. Selama ini kita sering membuat puisi tentang ibu. Sampai kita lupa bahwa kita memiliki bapak. Walaupun jarang berperan langsung seperti mamak, bapak tetap hadir dalam hidup kita.


Baca juga: Capeknya Mamak - 1442 H #9


Mempunyai bapak yang hebat tentu membuat kita merasa bangga. Atau mungkin merasa cemas.


Bapak bisa dalam segala hal yang di pikiran kita itu tidak mungkin. Entah bagaimana caranya, pasti ada cara untuk membuat yang tidak bisa menjadi bisa. Sampai bertanya-tanya apakah saya bisa seperti itu juga?


Saya pernah ngobrol bersama bapak. Ngomongin tentang bapak pastinya. "Bapak bisa ini, bisa itu, punya keahlian seperti ini..." dan blablabla. Sampai saya bertanya sama bapak. "Nanti seandainya bapak udah ga ada, apa yang membuat saya bisa seperti bapak?". Yaaa kurang lebih kayak gitu ya nanyanya. Bapak menjawab dengan santainya. "Jangan jadi bapak, jadilah dirimu sendiri.". Di situ saya mulai sadar bahwa setiap orang memiliki kemampuan masing-masing. Dan yang paling penting adalah menjadi diri sendiri jauh lebih baik daripada menjadi orang lain.


Rasa khawatir pasti ada saat kita memiliki bapak yang hebat. Mulai dari orang yang sungkan mungkin, ataupun hormat dengan bapak kita. Tapi pertanyaannya, apakah mereka juga memperlakukan hal yang sama kepada kita sebagai anaknya? Ini untuk umum, bukan untuk kamu-kamu semua. Kalo kamu-kamu berarti kalian.


Kalo ngomongin bapak di sisi lain, hmm bisa juga. Bapak sebagai tulang punggung keluarga pastinya bekerja untuk kita. Keringat, tenaga, dan waktu dihabiskan mencari nafkah untuk kita. Mungkin sebagian dari kita yang belum tau merasakan bekerja, pasti dengan mudahnya mengucapkan kata minta kepada bapak kita. Tapi yabg sudah merasakan bekerja pasti baru kerasa dan sadar, ternyata begini ya perjuangan bapak untuk menghidupi kita.


Mungkin ada yang bekerja santai. Tapi ada juga yang kerja gila-gilaan. Semua itu hanya untuk keluarga tercinta.


"bapakku is my father" bener kan? Wkwk

keluarga kedua


Kita memiliki bapak dan mamak. Kalau ga ada mereka, ga mungkin kita lahir. Keluarga pasti selalu ada buat kita. Yaa ini untuk keluarga yang normal. Selalu ada bukan berarti selalu hadir menemani kita lho ya.


Keluarga saya yang ada di rumah ada bapak, mamak, mbah, mas, dan adek. Semua memiliki peran masing-masing dalam keluarga. Saya senang apabila bisa berkumpul dengan keluarga. Tapi itu semua bisa terjadi saat saya di rumah. Saat di luar rumah, saya juga memiliki keluarga. Walaupun tidak memiliki hubungan darah.


Baca juga: 


Teman, menjadi sahabat dan akhirnya bisa seperti keluarga. Yaaa ini menurut saya, ga tau menurut mereka. Satu laki-laki dan dua perempuan.


Kalau cerita awalnya gimana kami bisa menjadi teman sudah pasti karena kami disatukan saat di sekolah dasar. Tapi kalau bicara menjadi sahabat, saya ga tau harus mulai dari mana. Lupa adalah jawaban yang paling tepat.


Hmm, kalau diingat-ingat lagi yang pasti kami bisa akrab karena lebaran. Mulai dari lebaran yang bingung mau sama siapa jalannya, dan akhirnya kami bertemu satu-persatu. Sampai sekarang kalau lebaran pun pasti kami jalan bersama. Pake motor sebenarnya.

keluarga kedua


keluarga kedua



Ngomongin Mereka


Sebenarnya ga baik ngomongin makhluk bumi. Tapi mau gimana lagi?


Ilham

keluarga kedua


Ya cukup Ilham ga ada kelanjutannya. Dia adalah teman saya ketika bermain PS (tepatnya PS 2). Sebenarnya pertemanan hancur itu bukan karena utang. Melainkan karena PS. Saat main PS, apalagi kalau kita atau teman kita yang menang terus. Pasti rasanya kesel banget kan. Hal inilah yang saya rasakan saat bermain PS dengan Ilham. Saya masih ingat dulu ketika sekolah dasar kelas 5 saya sering bermain PS dengan Ilham. Kalau kita menang terus ga enak hawanya. Tapi kalau kita kalah terus bawaannya malah emosi. Yaa tapi itu dulu ya gaes. Main Naruto memang dapat merusak pertemanan.


Aseh

keluarga kedua


Kalau Aseh ini masih keluarga saya. Tapi sebenarnya saya bingung dikatakan keluarga dari mana. Saya telusuri silsilah keluarga kami berdua juga malah bingung jadinya. Intinya keluarga, walaupun masih menjadi misteri. Detektif Conan aja sampe bingung nyelidikin ini semua.


Sri

keluarga kedua


Sri adalah teman saya dari saat saya masih TK. Kalau dibilang tetangga, masih lah ya karena ga jauh-jauh amat rumahnya. Sering lewat tapi ga pernah mampir karena pintu sering tutupan. Yaa ga papa. Setahun sekali udah cukup sama Ilham makan bakso.


Banyak drama sebenarnya berteman dengan mereka. Mulai dari susah kumpul, molor, diusir (wkwkwk), cemburu (bukan sesama kami tapi). Tapi dari itu semua yang paling parah kami mau-maunya dari rasau jaya 2, ke rasau jaya 1, lanjut lagi ke rasau jaya 3, terus terus ke rasau jaya umum dan balik lagi ke rasau jaya 2 dengan jalan kaki. Sebenarnya kalau dipikir ngapain ngelakuin itu semua ya. Sangat membagongkan sekali kalau diingat-ingat kembali.

keluarga kedua


Setelah lulus, kami menempuh jalan masing-masing. Saya dan Ilham bekerja. Sedangkan Aseh dan Sri melanjutkan kuliah. Semua punya jalan ninja masing-masing.

keluarga kedua


keluarga kedua


Kalau diingat-ingat lagi, baru kali ini nulis tentang kalian setelah beberapa tahun berteman. Entah lah ini gabut ga tau mau ngapain sebenarnya.


Oh iya mereka adalah keluarga kedua saya.

tulisan khoir


Setiap orang belum tentu memiliki pekerjaan. Tapi semua orang sudah pasti memiliki rezeki. Bersyukurlah bagi yang memiliki keduanya.


Sebenarnya ini balik lagi ngomongin tentang pekerjaan. Tapi fokus tulisan ini lebih ke ngomongin pekerjaan merantau. Gampangnya merantau itu pergi dari suatu tempat ke tempat yang lainnya untuk bekerja maupun menjalani hidup yang bersifat lama atau tidak sebentar (lama memang ga sebentar).


Baca juga: 


Sebenarnya kerja itu bisa memilih namun kadang kita tidak terpilih untuk bekerja di tempat yang kita inginkan. Kalau bisa memilih, kebanyakan orang akan memilih bekerja di tempat yang dekat dengan keluarga. Jadi saat pulang kerja bisa langsung bertemu dengan keluarga. Jadi waktu yang dihabiskan tidak hanya untuk bekerja. Melainkan bisa dibagi dengan keluarga. Beda halnya dengan merantau yang harus pergi jauh meninggalkan keluarga. Berbulan-bulan atau bahkan sampai bertahun-tahun. Entah lah itu semua mungkin karena sudah tuntutan.


Ada yang beranggapan bahwa jika bekerja ditempat yang dekat maka gajinya akan sedikit. Sedangkan apabila kita merantau maka gajinya akan besar. Hmm, ada benernya ada salahnya juga. Sebenarnya tergantung lagi si ya. Mungkin kita belum mendapatkan pekerjaan yang tepat saja.


Lebih dalam ngomongin merantau, saat merantau hidup kita serasa dipenuhi dengan pekerjaan dan waktu untuk keluarga memang sedikit sekali. Saat bosan, sebenarnya bingung si ya mencari hiburannya itu apa. Kalau orang-orang biasanya memancing atau mungkin jalan-jalan. Tapi bagaimana dengan saya yang tidak hobi mancing melainkan hobi memakan hasil pancing?😅. Hanya bisa bercanda dengan teman satu perantauan. Mungkin yang di rumah banyak pikiran saat merantau, mungkin bisa menjadi anak kecil dengan tingkah konyolnya. Karena di sini mau ngapain lagi kalau bukan untuk bekerja.


Untuk yang sudah berkeluarga, mungkin ada tantangan tersendiri. Jauh dari pasangan yang bisa membuat was-was. Kuncinya harus bisa saling percaya. Tapi ga cukup hanya sekedar percaya, harus dibuktikan dengan sungguh-sungguh.


Kita harus siap dengan apa yang terjadi di rumah saat kita sedang merantau. Masalah di rumah tidak seharusnya di bawa ke pekerjaan. Begitu juga sebaliknya. Namun kenyataannya tidak bisa kan?.


Mungkin ini jalan ninja saya memilih merantau. Dengan segala resiko yang harus siap saya hadapi kedepannya. Yaa, walaupun semua pekerjaan memang mempunyai resiko masing-masing.


Ada waktunya istirahat.

tulisan khoir


Setiap orang pasti pernah menyesali sesuatu. Baik itu sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Namun ada juga yang cuek bebek sama apa yang mereka perbuat.


Baca juga: Mencari Ketenangan


Alasan seseorang menyesali perbuatannya bisa beragam. Mulai dari rasa bersalah, ga tegaan, hasil yang buruk, mengetahui fakta yang menyakitkan, dan masih banyak lagi yang lainnya.


Sebagai contoh pelajar yang sedang mengerjakan ujian. Pelajar tersebut tidak tau jawaban dari pertanyaan yang sedang diujikan tersebut. Alhasil pelajar tersebut menyontek teman yang ada di sebelahnya. Berangan-angan ingin mendapatkan nilai yang bagus dari hasil mencontek, ternyata malah berbanding terbalik dengan kenyataan. Rupanya hasilnya buruk dan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Akhirnya pelajar tersebut menyesal. Bukan menyesal karena sudah mencontek. Melainkan menyesal karena dia mencontek dengan orang yang salah.


Penyesalan selanjutnya bisa kita dapati saat kita mengambil keputusan. Saat kita dihadapkan dengan dua pilihan, kita sering bingung untuk memilih salah satu diantara pilihan tersebut. Dan saat kita harus memilih, ternyata pilihannya salah. Penyesalan pun timbul, "kenapa tidak memilih pilihan yang satunya". Namun nasi sudah menjadi bubur. Pilihan yang kita pilih tidak bisa kita ubah lagi. Tapi tenang, bubur itu enak, jadi nikmatin aja.


Namun penyesalan yang paling membekas itu adalah penyesalan saat kita menyakiti seseorang. Sadar tidak sadar mungkin kita sering menyakiti hati seseorang. Baik itu teman, keluarga, guru, tetangga, makhluk mars, dan makhluk di planet lainnya.


Mungkin saat kita menyakiti seseorang kita belum merasa bersalah. Karena saat itu kita merasa yang paling benar. Hari demi hari kita lewati seperti biasanya. Dan setiap harinya mungkin kita habiskan waktu kita untuk menyakiti seseorang. Namun saat orang lain menyakiti kita, kita langsung tidak terima. Walaupun orang yang menyakiti kita bukanlah orang yang pernah kita sakiti. Kita mulai sadar saat kita merasakannya sendiri. Yaaa, nasi sudah menjadi bubur. Tapi bubur juga enak. Walaupun enakan pecel.



Hidup secara berkelompok memang menyenangkan. Dan sudah semestinya kita sebagai manusia, hidup saling berdampingan. Yaaa namanya juga makhluk sosial bukan? Menghabiskan waktu dengan teman-teman pasti mengasyikkan. Namun ada kalanya kita perlu menghabiskan waktu sendirian.


Baca juga: Ngomongin Kerja


Duduk santai sendirian sambil makan oreo rasa original dan mungkin juga bisa ditambah dengan mendengarkan musik bisa membuat diri kita nyaman tanpa harus berkumpul dengan teman-teman. Bukannya tidak mau berkumpul, tapi kita sering tidak sadar bahwa kita jarang sekali atau mungkin tidak pernah menghabiskan waktu untuk diri kita sendiri. Tapi ini tidak berlaku bagi yang sudah lama menyendiri😶.


Kita bisa merasakan ketenangan dalam diri kita saat kita benar-benar memberikan waktu seutuhnya untuk diri kita. Menghabiskan waktu sendiri dan benar-benar sendiri. Bagi sebagian orang mungkin jenuh apabila tidak ada orang atau makhluk hidup baik di bumi ataupun di planet lain yang menemaninya. Mereka beranggapan bahwa orang-orang di sekelilingnya dapat menghibur dirinya.


Tapi tidak seharusnya kita menyendiri terus. Ada waktunya kita dengan teman, dan ada waktunya pula untuk kita sendiri. Masalah yang kita hadapi tidak harus kita ceritakan ke orang lain. Baik itu teman, keluarga, ataupun pasangan kita. Karena tidak semua masalah bisa diumbar begitu saja. Ada beberapa yang harus bisa kita lalui sendiri.


Nikmati kehidupan ini selagi bisa.

Masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan. Bisa berkumpul dengan teman-teman dan yang pasti banyak kisah yang terjadi saat masih sekolah. Baik itu perkelahian, percintaan, persahabatan dan per-per yang lainnya.


Kita pernah berpikir kalau sekolah itu bikin pusing dan kita ingin cepat lulus supaya bisa keluar dari zona yang memusingkan tersebut. Tiga tahun masa SMA adalah waktu yang sangat singkat bagi mereka yang menikmati masa-masa tersebut. Tapi bagi mereka yang jenuh dengan kondisi di sekolahan, mungkin mereka akan berhenti di tengah jalan atau mungkin di awal jalan.


Lulus Langsung Pingin Kerja


Banyak yang berpikiran setelah lulus sekolah mereka langsung mencari kerja dan mendapatkan uang. Tapi tidak sedikit juga yang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu berkuliah. Tidak ada yang salah dari keduanya, selama itu adalah pilihan kita bukan karena dipaksa, memaksa, maupun terpaksa.


Proses Mencari Kerja


Mungkin bagi lulusan SMA, lapangan pekerjaan yang ditawarkan masih sedikit ketimbang dengan orang yang sudah mendapatkan gelar. Tapi nyatanya tidak juga. Selama kita memiliki skill sepertinya kita tidak perlu khawatir. Bagi lulusan SMA mungkin susah mendapatkan pekerjaan. Tapi yang kuliah juga belum tentu lulus langsung bisa mendapatkan pekerjaan. Yaaa saya tidak mendukung salah satu pihak. Tapi kenyataannya semua sama-sama susah.


Ada pekerjaan yang harus melalui banyak tahapan supaya bisa diterima di perusahaan atau di tempat kerja yang kita impikan. Mulai dari mengirimkan surat lamaran, tes, interview, dan seterusnya. Tapi ada juga pekerjaan yang langsung bisa bekerja tanpa ada tahapan seleksi dan yang lain-lainnya.


Setelah Mendapatkan Pekerjaan


Alhamdulillah apabila kita sudah mendapatkan pekerjaan, terlebih pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang kita impikan. Bersyukurlah kalian yang mendapatkan pekerjaan sesuai dengan apa yang kalian inginkan. Tapi seharusnya kita bersyukur semua atas pekerjaan yang kita dapatkan.


Tapi kadang kita bersikap aneh, sudah mendapatkan pekerjaan namun gampang mengeluh karena capek atau mungkin jenuh dengan pekerjaan yang kita lakukan. Dan ketika sudah tidak bekerja lagi, kita malah bingung dan akhirnya malah stres.


Selalu Membandingkan Pekerjaan


Kita berpikiran pekerjaan kita yang paling buruk dan pekerjaan teman kita adalah pekerjaan yang terbaik. Tapi sadar ga si sebenarnya mereka juga berpikiran yang demikian juga. Misal ni kita bekerja di lapangan sedangkan teman kita bekerja di dalam ruangan. Kita berpikiran teman kita lebih enak karena bisa berteduh tidak perlu panas-panasan. Tapi mereka juga bisa jenuh dengan apa yang mereka lakukan.


Kalau mikirin kerjaan, kita malah mikir mendingan masa sekolah ya ga perlu ribet-ribet kayak gini. Tapi yang namanya masa lalu ya biarlah. Kita fokus dulu dengan apa yang kita jalani sekarang. Untuk masa depan kita tidak ada yang bakal tau. Apa yang kita lakukan selama ini selama benar tidak akan sia-sia. Dan semua akan kembali ke diri kita sendiri.


Jalani aja pekerjaan yang kalian lakukan. Ngeluh boleh tapi sambil dijalani. Sambat yo karo dilakoni.