Tiga Bulan


Waktu yang lama untuk dihitung namun sebentar untuk dirasakan. Boleh dikatakan selama ini, hidup mulai bingung arahnya mau kemana. Sedikit senyum namun kembali merengut, walaupun begitu masih saja dijalani.


Baca juga : Terimakasih


Selanjutnya perasaan gembira mulai muncul dari dalam diri dan kembali lagi untuk bersemangat. Sudah percaya dengan apa yang sudah direncanakan secara matang, namun entah mengapa semua tidak sesuai dengan rencana. Hmm, hal yang seharusnya kecil kemungkinan untuk gagal, malah sebaliknya.


Masih ada sisa-sisa semangat dalam diri, walau akhirnya semakin lama semakin pudar lalu habis. Belum ada obat yang benar-benar bisa menyembuhkan tapi setidaknya bisa mengurangi. Ya, ngobrol. Ngobrol memang seseru itu (bukan untuk semua orang), seakan masalah yang kita hadapi bisa terbagi dengan lawan bicara kita. Walaupun setelah sampai rumah, masalah itu kembali muncul. Tapi ga semua orang bisa diajak ngobrol, istilahnya ga sefrekuensi (bener ga nulisnya?).


Punya teman untuk ngobrol rasanya perlu buat kita yang punya banyak unek-unek. Bebas kalian mau ngobrol langsung, chat, video call, atau bisa juga sampai live di sosmed. Harusnya ketemu aja ya biar dapat rasanya langsung ketimbang harus lewat media (bukan untuk semua orang). Tapi iya, kalau disuruh milih ngobrol langsung atau chat dan sebagainya, dengan sadar dan penuh yakin milih ngobrol langsung. Ga banyak salah paham yang kita dapat dan dapat di selesaikan saat itu juga (harusnya).


Dari tontonan juga ngaruh akhirnya. Dulu di youtube waktu masih nonton PWK dan hostnya Praz Teguh, jujur waktu itu nonton dan seru aja setelah akhirnya lama ga upload jadi ga nonton lagi. Dan akhirnya diganti lah dengan channel Gofar Hilman yaitu GRIND BOYS, dan sampai saat ini masih nonton. Memang seseru itu ngobrol dan yang kebetulan teman ngobrol dalam sebulan terakhir ini memang ada dua orang teman. Teman masa sekolah dulu yang sering ngumpul dan ngobrol sampai lupa waktu. Beban rasanya benar-benar hilang gitu aja, padahal cuma modal Good Day Rp5.000an aja di warung pelabuhan belok kiri nomor dua sebelah kanan.


Balik lagi kenapa memilih ngobrol langsung ketimbang lewat media aplikasi dan yang lain-lain? Sedikit cerita, beberapa bulan yang lalu mencoba untuk ga aktif di sosmed dan pengen lanjutin hidup dengan tenang tapi ada aja kendalanya sampai buka tutup aktifin sosmed. Walaupun pada akhirnya sekarang lagi nonaktifkan sosmed terutama Instagram. Kadang yang kita lihat di sosmed berbanding terbalik dengan apa yang kita lihat di dunia nyata. Bener-bener bikin pusing dan ga masuk akal, dari situ mulai berpikir untuk rehat dulu biar ga meledak kepala liat konten yang disuguhkan.


Kalau TikTok punya cerita tersendiri. Dulu awal download TikTok sempat bingung dengan aplikasi ini karna memang dulu paling anti sama aplikasi ini dan bener aja, baru main kurang lebih 15 menit kepala mau pecah liat kontennya. Akhirnya tutup dulu aplikasi dan coba buat nyari algoritma yang sehat.


Ga ada yang salah sama aplikasinya. Mungkin saya yang belum terbiasa. Tapi ga tau juga, sempat ada kepikiran buat nulis khusus mengenai TikTok. Tapi belum terlaksana sampai sekarang.


Sekarang yang dialami selalu merasa bersalah dengan apa yang sudah diperbuat. Jangankan yang sudah, yang belum aja kadang bisa merasa bersalah. Ah anjing (Anjing adalah mamalia karnivora yang telah didomestikasi dari serigala abu-abu (Canis lupus) selama ribuan tahun. Mereka dikenal sebagai "sahabat manusia" karena kesetiaan, kecerdasan, dan kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan manusia dalam berbagai cara), sumber Gemini.


Yang berat adalah ekspektasi orang lain kepada kita yang teramat tinggi dan kita tidak bisa mewujudkannya. Rasanya campur aduk ya, sedih, kecewa, bahkan sampai kepikiran setiap harinya dan bertanya-tanya, "kenapa ya aku ga bisa wujudkan apa yang mereka mau?".


Pada akhirnya selalu merasa bersalah dengan keadaan. Menghindar dari sosmed beranggapan bisa menyelesaikan masalah, tapi ga tau juga belum ada cara lain yang bisa didapat. Kadang bener-bener merasa ga bisa berguna buat orang lain padahal orang lain ada yang perduli dengan kita. Kejahatan kita dibalas dengan kebaikan mereka yang berada dekat dengan kita. Pengen balas kebaikan mereka tapi nampaknya belum bisa walaupun hanya seujung kuku jari.


Rasanya pengen menghilang sebentar aja ya, lama juga boleh. Dari pada harus menjadi seperti ini.


Cerita di atas boleh kalian tafsirkan seperti apa, tergantung kalian bacanya dari mana. Kadang baca lewat android, iphone, laptop atau di tab biasanya beda. Terserah kalian (bebas kalian).


Kapan bisa ketemu tulisan lagi?

0 Comments:

Posting Komentar