Waktu yang lama untuk dihitung namun sebentar untuk dirasakan. Boleh dikatakan selama ini, hidup mulai bingung arahnya mau kemana. Sedikit senyum namun kembali merengut, walaupun begitu masih saja dijalani.


Baca juga : Terimakasih


Selanjutnya perasaan gembira mulai muncul dari dalam diri dan kembali lagi untuk bersemangat. Sudah percaya dengan apa yang sudah direncanakan secara matang, namun entah mengapa semua tidak sesuai dengan rencana. Hmm, hal yang seharusnya kecil kemungkinan untuk gagal, malah sebaliknya.


Masih ada sisa-sisa semangat dalam diri, walau akhirnya semakin lama semakin pudar lalu habis. Belum ada obat yang benar-benar bisa menyembuhkan tapi setidaknya bisa mengurangi. Ya, ngobrol. Ngobrol memang seseru itu (bukan untuk semua orang), seakan masalah yang kita hadapi bisa terbagi dengan lawan bicara kita. Walaupun setelah sampai rumah, masalah itu kembali muncul. Tapi ga semua orang bisa diajak ngobrol, istilahnya ga sefrekuensi (bener ga nulisnya?).


Punya teman untuk ngobrol rasanya perlu buat kita yang punya banyak unek-unek. Bebas kalian mau ngobrol langsung, chat, video call, atau bisa juga sampai live di sosmed. Harusnya ketemu aja ya biar dapat rasanya langsung ketimbang harus lewat media (bukan untuk semua orang). Tapi iya, kalau disuruh milih ngobrol langsung atau chat dan sebagainya, dengan sadar dan penuh yakin milih ngobrol langsung. Ga banyak salah paham yang kita dapat dan dapat di selesaikan saat itu juga (harusnya).


Dari tontonan juga ngaruh akhirnya. Dulu di youtube waktu masih nonton PWK dan hostnya Praz Teguh, jujur waktu itu nonton dan seru aja setelah akhirnya lama ga upload jadi ga nonton lagi. Dan akhirnya diganti lah dengan channel Gofar Hilman yaitu GRIND BOYS, dan sampai saat ini masih nonton. Memang seseru itu ngobrol dan yang kebetulan teman ngobrol dalam sebulan terakhir ini memang ada dua orang teman. Teman masa sekolah dulu yang sering ngumpul dan ngobrol sampai lupa waktu. Beban rasanya benar-benar hilang gitu aja, padahal cuma modal Good Day Rp5.000an aja di warung pelabuhan belok kiri nomor dua sebelah kanan.


Balik lagi kenapa memilih ngobrol langsung ketimbang lewat media aplikasi dan yang lain-lain? Sedikit cerita, beberapa bulan yang lalu mencoba untuk ga aktif di sosmed dan pengen lanjutin hidup dengan tenang tapi ada aja kendalanya sampai buka tutup aktifin sosmed. Walaupun pada akhirnya sekarang lagi nonaktifkan sosmed terutama Instagram. Kadang yang kita lihat di sosmed berbanding terbalik dengan apa yang kita lihat di dunia nyata. Bener-bener bikin pusing dan ga masuk akal, dari situ mulai berpikir untuk rehat dulu biar ga meledak kepala liat konten yang disuguhkan.


Kalau TikTok punya cerita tersendiri. Dulu awal download TikTok sempat bingung dengan aplikasi ini karna memang dulu paling anti sama aplikasi ini dan bener aja, baru main kurang lebih 15 menit kepala mau pecah liat kontennya. Akhirnya tutup dulu aplikasi dan coba buat nyari algoritma yang sehat.


Ga ada yang salah sama aplikasinya. Mungkin saya yang belum terbiasa. Tapi ga tau juga, sempat ada kepikiran buat nulis khusus mengenai TikTok. Tapi belum terlaksana sampai sekarang.


Sekarang yang dialami selalu merasa bersalah dengan apa yang sudah diperbuat. Jangankan yang sudah, yang belum aja kadang bisa merasa bersalah. Ah anjing (Anjing adalah mamalia karnivora yang telah didomestikasi dari serigala abu-abu (Canis lupus) selama ribuan tahun. Mereka dikenal sebagai "sahabat manusia" karena kesetiaan, kecerdasan, dan kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan manusia dalam berbagai cara), sumber Gemini.


Yang berat adalah ekspektasi orang lain kepada kita yang teramat tinggi dan kita tidak bisa mewujudkannya. Rasanya campur aduk ya, sedih, kecewa, bahkan sampai kepikiran setiap harinya dan bertanya-tanya, "kenapa ya aku ga bisa wujudkan apa yang mereka mau?".


Pada akhirnya selalu merasa bersalah dengan keadaan. Menghindar dari sosmed beranggapan bisa menyelesaikan masalah, tapi ga tau juga belum ada cara lain yang bisa didapat. Kadang bener-bener merasa ga bisa berguna buat orang lain padahal orang lain ada yang perduli dengan kita. Kejahatan kita dibalas dengan kebaikan mereka yang berada dekat dengan kita. Pengen balas kebaikan mereka tapi nampaknya belum bisa walaupun hanya seujung kuku jari.


Rasanya pengen menghilang sebentar aja ya, lama juga boleh. Dari pada harus menjadi seperti ini.


Cerita di atas boleh kalian tafsirkan seperti apa, tergantung kalian bacanya dari mana. Kadang baca lewat android, iphone, laptop atau di tab biasanya beda. Terserah kalian (bebas kalian).


Kapan bisa ketemu tulisan lagi?

Apa kabar? Semoga baik-baik aja. Terimakasih untuk semua yang udah terlibat dalam tulisan di blog ini, dari mulai tulisan pertama sampai sekarang, dari 2016 sampai 2025. Saya bisa menulis karena bantuan dari kalian semua. Ide, saran, kritik, bahkan tulisan kalian langsung, sangat berarti di sini.


Maaf apabila dalam penulisan saya dari awal sampai sekarang tidak enak untuk dibaca ataupun tidak relevan dengan pembaca, saya minta maaf. Sejatinya saya menulis bukan untuk semua orang, kalaupun tidak cocok berarti bukan untuk anda dan sekiranya cocok juga syukur-syukur.


Sekali lagi terimakasih dan maaf.


Dari berbagai tempat berkumpul menjadi satu. Semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Ga butuh waktu yang lama untuk bisa akrab dengan teman-teman seprofesi, walaupun dari tempat yang berbeda. Sekitar satu minggu kita sudah bisa akrab dengan mereka. Walaupun begitu, yang kita tahu hanyalah sebatas kisahnya sekarang, belum dengan cerita masa lalunya. Latar belakang setiap orang berbeda-beda, jadi ga bisa kita pukul rata dan menilai semua orang itu sama.


Baca juga : SELESAI - Nanga Tayap #3


Orang yang pergi meninggalkan rumah atau lebih mudahnya kita sebut merantau, mereka kebanyakan untuk bekerja memenuhi kebutuhan anak istri di rumah. Itu bagi mereka yang sudah berkeluarga ya. Walaupun begitu, mereka yang belum berkeluarga juga mempunyai kebutuhan sendiri. Membantu orang tua yang ada di rumah atau membahagiakan diri mereka sendiri bisa jadi alasan mereka untuk pergi dari rumah dan mencari penghasilan.


Tapi pernahkah kalian mendengar mereka yang pergi merantau adalah orang yang hatinya tersakiti? Mereka yang sengaja pergi dan memilih kehidupan baru tanpa ada satupun yang mengenali mereka. Mengubah nomor ponsel bahkan ada juga yang sampai memalsukan data diri mereka. /30 September 2024


Di malam hari, kita semua berkumpul untuk berbagi cerita. Mau gimanapun ceritanya ujungnya tetap aja masalah percintaan ga pernah lepas. Saling mengolok satu sama lain karena sudah ditinggal pasangannya dan ada juga yang memberikan masukan kepada yang lebih muda. Cerita sambil ketawa padahal hati ga baik-baik aja. Udah biasa juga kayaknya tiap taun atau bahkan tiap ketemu jadi bahan obrolan dan olok-olokan.


Cerita udah selesai dan waktunya untuk tidur. Bangun tidur dan siap untuk memulai kerja. Kawan tiba-tiba mendekat ke saya, sambil bilang dia habis putus dengan pacarnya. Padahal tadi malam dia yang paling ngakak dengar cerita orang ditinggal pasangannya. Tapi di pagi hari malah dia sendiri yang harus kehilangan dengan pasangannya. Mau ikut ketawa tapi pernah di posisi itu, jadinya kita saling menghargai dan mengingatkan, walaupun ujungnya jadi bahan olok-olokan balik.


Berkumpulnya orang yang patah hati di satu tempat memang seru ya. Mulai dari yang putus dari pacarnya, masalah keluarga, cek cok dengan istrinya di rumah, bahkan benar-benar kehilangan orang yang mereka sayang akibat kematian.


Hampir semua punya kisah yang sama dengan jalan yang berbeda. Mau ngeluh juga sama siapa, kalaupun cerita tadi ya malah jadi bahan olok-olokan. Bertemu dengan teman yang sudah berkeluarga dan punya banyak masalah tapi tetap dia simpan sendiri tanpa keluarganya tahu. Bahkan ia memilih cerita kepada temannya sendiri, padahal kalau dengar ceritanya, orang rumah yang harus tau.


Ternyata ga semua orang harus tau keadaan kita walaupun mereka itu keluarga kita sendiri.



Sore ini hujan lagi seperti kemarin. Rasanya udah lama ga nulis tentang hujan, harusnya hujan punya tempat tersendiri di blog ini dan bisa masuk dalam kategori menu.


Saya memiliki kepercayaan tersendiri mengenai hujan. Saat hujan turun berarti sedang ada yang bersedih, udah itu aja. Entah di belahan bumi mana saat hujan saya akan berpikir ada yang sedang bersedih atau menangis dengan hebat. Tergantung hujannya, semakin deras maka semakin hebat sedihnya. Apalagi ditambah dengan sambaran petir, kayaknya sedihnya ga main-main.

Tapi malam ini hujannya udah mulai reda, berganti dengan gerimis, tandanya sedihnya sudah mulai mereda. Tapi ada kemungkinan malam nanti tambah deras lagi seperti kemarin malam.

Sedihnya seseorang bukan selalu tentang penderitaan, bisa juga kebahagiaan. Namun kebanyakan memang kesedihan kalau hujannya sampai malam hari.

Dulu, saya tidak tahu siapa yang bersedih saat hujan karena sangking banyaknya manusia. Tapi malam ini saya tidak perlu mencari orang yang sedang bersedih itu.