Kenapa kiper dan setter dihindari? (Tapi ini bukan tentang bola)



Sadar ga sadar kita udah ada di penghujung bulan Juli. Seperti biasa ga ada tulisan yang terlalu penting untuk dibaca. Malam ini ditemani kopi instan dan Bernadya, ehh maksudnya lagu dari Bernadya. Ditemani kamu kapan? Huekkkk wkwk ngarep bener ya saya ini.


Hidup memang udah ditakdirkan dengan posisi masing-masing. Ada yang menjadi matahari, hujan, maupun pelangi. Tapi kalau bisa milih, pilihlah hidup menjadi petir. Sayangnya hidup ga bisa milih tapi kalau udah hidup banyak pilihan yang begitu rumit. Udah kayaknya basa basinya ya.


Buset malah kambuh lagi penyakit males mau nulis, padahal tadi udah ada mood untuk nulis. Kita rehat dulu...

Terakhir diedit Selasa, 23 Juli 2024 pukul 20.20


Balik lagi

Wooiii balik lagi, sekarang jam 20.47 waktunya menulis kembali. Udah beda hari, sekarang hari Rabu, 24 Juli 2024. Lagu untuk nemenin nulis juga udah beda ya. Sekarang lagi dengerin Payung Teduh, siapa tau hati juga ikutan teduh kan. Yaa siapa yang tau?


Scroll instagram sampai lupa waktu untuk menulis🙏 (terimakasih yang udah mau baca semua tulisan ga jelas di sini). Oh iya saya mainnya instagram karna ga punya tiktok. Kalau kalian kan hobinya mainin perasaan kan🙏 (ga ikutan).


"Ini dari kemarin bukannya nulis malah basa-basi terus ya yang ada."


Kalau mau bahas judul di atas, mungkin ada yang pernah ngerasain di posisi kiper ataupun setter. Mereka sering ga dianggap dan jadi sasaran empuk untuk melampiaskan kekesalan. Mereka jarang dianggap, beda dengan penyerang yang selalu disorot oleh kamera maupun penonton. Mencetak angka tentu tugas dari penyerang dan semua mata akan tertuju kepada mereka karena kagum. Tapi bagaimana nasib kiper ataupun setter?


Mereka jarang mencetak angka tapi sekali mencetak angka terlihat keren ya. Walaupun ga sekeren penyerang yang menggunakan seluruh kemampuannya agar terlihat hebat di lapangan.


Saat masuk ekskul di sekolah juga jarang yang akan memilih posisi kiper maupun setter karena mereka merasa ga keren kalau ga cetak angka.


Kenapa mereka dihindari?


Lebih fokus ke kipernya aja kalik ya sekarang. Mereka dituntut menghalau semua serangan dari musuh agar tidak satupun serangan mereka bisa masuk ke gawang. Semua sempurna dan penonton takjub dengan apa yang ia lakukan. Tapi semua berubah saat negara api menyerang.... Ehhh malah avatar jadinya. Tapi semua berubah saat ia kebobolan. Semua usaha yang telah ia lakukan selama ini untuk melindungi gawangnya sia-sia. Semua mata akan tertuju kepada kiper yang gagal di mata mereka. Seperti semua itu adalah kesalahan yang dibuat oleh kiper.


"1000 penyelamatan yang kamu lakukan akan terlupakan dengan 1 serangan yang tidak bisa kamu hentikan."


Semua kebaikan yang kita lakukan kayaknya bakal kehapus gitu aja ya disaat kita melakukan keburukan walaupun sekali. Sebagai contoh lagi saat kita dikenal bertahun-tahun sebagai orang yang jujur tapi satu kali saja kita berbohong maka yang diingat orang pasti kebohongan yang pernah kita lakukan.


Menjadi kiper memang susah ya. Udah dibarisan paling belakang dan sering jadi manusia yang disalahkan dalam permainan. Walaupun dia tidak menyerang dan hanya bertahan tapi dialah yang sejatinya pahlawan. Menjadi pahlawan tidak harus berada di barisan paling depan.


Tapi ngomong-ngomong pahlawan kayaknya mending jadi penjahat🙏


Sekian

0 Comments:

Post a Comment