Smartphone Ketiga

Ga kerasa udah ganti smartphone sampai tiga kali. Mungkin ini smartphone terakhir saya. Harus dirawat dengan baik supaya ga beli lagi. Sayang duitnya kalau dipakai untuk membeli smartphone lagi.
Kalau boleh cerita sedikit, smartphone pertama saya rusak karena saya banting. Dan itu membuat smartphone saya rusak dan tidak bisa digunakan. Tapi pada saat itu saya tidak membawanya ke tukang service HP. Saya berpikir bahwa smartphone tersebut speknya sudak di bawah rata-rata pada masa itu. Saya juga agak sebel soal baterainya yang sangat boros. Apalagi kalau sudah 15%, smartphone ini akan mencet-mencet sendiri. Tapi smartphonenya masih ada sampai sekarang, walaupun sudah mati.


Untuk smartphone yang kedua, permasalahannya juga pada baterai. Sangat boros dan seingat saya susah untuk dihidupkan. Alhasil smartphone tersebut sudah menjadi bangkai dan tidak saya gunakan lagi. Saya sempat bertahan menggunakan HP jadul seperti Mito, Cross dan Nokia. Dan pada akhirnya saya menggunakan smartphone ketiga saya yaitu Vivo Y53.

Baca juga: Smartphone Kedua

Smartphone ini awalnya milik teman saya. Tapi dia ingin menjual smartphone tersebut. Saya tertarik dengan penawarannya. Lagi pula apabila saya terus-menerus menggunakan HP jadul yang hanya bisa SMS, pengeluaran saya akan bertambah banyak karena biaya SMS lebih mahal dari pada biaya internet seperti WhatsApp.
Saya mulai menabung sedikit demi sedikit. Mulai dari uang sekolah yang saya kumpulkan, bekerja mencuci motor, meminjam uang, dan sempat juga waktu libur sekolah saya ikut bekerja mengisi waktu luang. Dan akhirnya terbayar lunas semua. Mungkin ini alasan saya untuk tetap menjaga smartphone ini sampai benar-benar rusak dan tidak bisa dipakai baru ganti yang baru wkwk.
Smartphone ini pernah mengalami masalah pada baterai. Baterai smartphone ini untuk pengisian dayanya membutuhkan waktu yang lama. Dan parahnya lagi bukannya bertambah malah berkurang. Saya tidak langsung membeli smartphone baru, melainkan membawa ke tukang service HP untuk mengganti baterai smartphone tersebut. Alhasil smartphone ini bisa kembali normal seperti biasanya.
Ada cerita lagi di smartphone ketiga ini. Smartphone ini pernah hilang waktu saya masih bersekolah. Ceritanya saya sedang berbelanja di toko, setelah itu saya pulang dengan posisi smartphone di saku jaket. Mungkin karena kurang dalam saat memasukkan smartphone tersebut, akibatnya jatuh saat perjalanan pulang. Saat sudah sampai rumah, saya meraba saku jaket saya dan saya bingung karena smartphone saya tidak ada. Alhasil saya kembali ke toko untuk mencari smartphone saya yang hilang. Mencari di jalanan siapa tahu jatuh tidak jauh dari toko. Tapi nyatanya tidak ketemu juga. Saya bertemu dengan teman saya di sebuah cafe pinggir jalan. Dan saya menanyakan kepada teman saya perihal smartphone saya yang hilang. Teman saya tahu ada orang yang menemukan smartphone saya tapi tidak tahu persis siapa orang tersebut.
Saya sudah ingin menyerah rasanya karena tidak tahu caranya lagi supaya bisa menemukan smartphone saya yang hilang tadi. Saat tiba di rumah saya mencari lagi bersama Mas, tapi tidak ditemukan juga. Tidak lama kemudian, paman saya datang ke rumah. Posisi saya waktu itu sedang pusing memikirkan smartphone saya yang hilang. Tapi dengan santainya paman saya datang dan memberikan smartphone saya yang hilang tadi. Alhamdulillah ternyata yang menemukan smartphone saya adalah paman saya sendiri.
Itu semua menjadi pelajaran bagi saya agar lain kali menaruh barang tidak boleh sembarangan. Yang mengakibatkan barang kita bisa hilang dan diambil orang lain.

0 Comments:

Post a Comment